Suatu
hari sekolahku mengadakan wisata ke gunung, tepatnya kami akan bermalam
beberapa hari disebuah hutan yang pohonnya besar-besar. Kami semua turun dari
bus, melihat hamparan langit nan indah ini. “Waaaahhhh” teriakku setelah turun
dari bus. Ini pasti wisata yang sangat menyenangkan. Aku berjalan menyusuri
jalan-jalan, aku melihat dipinggir jalan terdapat beberapa pedagang asongan
seperti menjual jajan-jajanan bahkan makanan seperti soto. “wah lumayan, nanti
kalau makanan disekolah enggak enak, aku bisa jajan disini” gunamku dalam hati.
Tiba-tiba, seorang wanita cantik dari suatu kumpulan orang-orang yang terlihat
seperti menyeramkan memanggilku datang kepadannya.
“hhaaiiii, hhaaiiii,, bisakah kau kemari sebentar?” teriaknya. Aku melihat ke
kanan, ke kiri dan berputar ke belakang, tidak ada orang disekitarku, hanya aku
seorang. “tidak ada orang disini selain saya. apakah anda memanggil saya untuk
datang menenmui anda?” teriakku. “ya,
cepatlah kemari!” teriak salah satu dari mereka. Aku pun berjalan menuju mereka
yang jaraknya hanya 30 kaki untuk melangkah. “baiklah aku disini! oh, ya! Aku
anggap teriakanmu yang memanggilku tadi adalah salam perkenalan yang sangat
buruk untukku, padahal jarakku yang sedang berada didepan pedagang pinggiring
dengan jarakmu yang berada di mobilmu hanya sekitar 30kaki. Haruskah anda tadi
berteriak seperti itu nona cantik?” kataku. Mereka semua tertawa mendengar
perkataanku. “hahhaha, kau anak SD saja, jago bicara apalagi jika kau sudah
dewasa!” kata salah satu dari mereka, aku hanya diam mendengarkan perkataannya
sambil menyengir. “baiklah, aku minta maaf kepadamu, perkenalkan namaku Jane!”
kata seorang wanita cantik yang berteriak-teriak memanggil namaku. “sudah ku
tebak, kau pasti bukan warga Negara Indonesia asli!” jawabku. “kau sangat
pintar ternyata, Nak! Perkenalkan ini teman-temanku David, Dimas, Soraya, Jacky, Elen, Hana, dan Firman” kata
Jane memperkenalkan teman-temannya. Aku terdiam saat menatap wajah David,
kulitnya putih, hidungnya mancung, bibirnya merah dan dia terlihat senyum
padaku memamerkan lesung pipitnya. Oh he is so awesome! “Baiklah, nak! Ini
perkenalan dari kami, sebagai permintaan maaf aku akan mengajaku mu untuk makan
pedagang pinggiran sana. Apakah kau mau?” tawarnya yang membangunkan lamunanku.
Dengan sedikit wajah yang agak meledak dan sok jual mahan, aku terdiam dan sok
meragu dengan tawaran yang mereka tawarkan. “baiklah, nak! Ajak beberapa teman
yang kau mau, aku akan membayari semuanya, demi kamu!” tawar Jane. Aku masih
memasang tampangku yang sok jual mahal hingga seorang guruku berteriak
memanggilku untuk membantu mendirikan tenda. “baiklah, aku akan kemari saat aku
istirahat dan membawa temanku!” aku berteriak sambil berlari. “aku anggap
teriakanmu adalah balasan salam perkenalan kami yang terburuk!” teriak Jane
“vid, I think she is
like you. I looked when she was see you, she liked look her prince and the
prince is you! Hahhaha!” kata Jacky kepada David
“what the hell? How fucking you are! She is just little
girl! I don’t like it. Just shut up!” kata Davit kepada Jacky
“but you give smile to her! hahaha” sambung Soraya dengan
wajah cemburu
“please baby, I smile for every people. Please believe me! I
just love you. Only you in my heart! Trust me” jawab David
“okay, how if we bet? I have Rp 500k, are you agree with
me?” kata Jack kepada David
“okay” david menyanggupinya.
“wes talah mas bro! taruhan iku ora oleh karo agama! Duso,
duso, duso!” saut Firman
“shut up! Sek kenal duso a kowe? Lapo sek ndek kene? Wes
pirang abad kowe ga solat? Sek iling a karo agama?” jawab jacky dengan nada
yang kesal dengan logat inggris, namun dengan percakapan bahasa jawa.
“allright, guys. Please shut up! Come on, we must prepare
all!” kata Jane kepada teman-temannya.
Setelah
beberapa jam aku membangun tenda, aku merasa lelah dan lapar. Aku ingat akan
tawaran Jane untuk makan di pedagang
pinggiran. “Siapa yang mau makan disana (menunjuk pedagang pinggiran yang ada
di jalan) aku yang bayarin, kalian boleh makan sepuasnya!!!” teriakku dengan
nada sombong.
“serius kamu ver?”Tanya Via teman dekatku
“iya ver, serius! Gratis tis tis” jawabku penuh dengan
kepastian hingga Via mulai tertarik untuk makan diatas.
“ya udah! Ayook, siapa lagi yang ikut?? Cuman Via aja nih??
Jangan iri loh kalau kita pulang dengan keadaan kenyang dan kalian masih lapar
nunggu masakan yang belum matang-matang! Lagian disana ada mas ganteng namanya
Mas David, ntar aku kenalin kamu Vi.” Kataku merayu teman-temanku
“namun ver, kami tidak diijinkan untuk keluar dari area
sekolah ini! Kami bisa dihukum” saut Ivi
“buseet deh anak satu ini! Cantik sih cantik, tapii -___-
terserah lo deh vi. Gue cuman kasihan sama kalian yang kelaparan. Paling-paling
gue balik lo udah busung lapar! Udah yuk cabut!” kataku dengan kesal.
“tunggu ver, gue ikut! Gue udah ga kuat nahan lapar!” sahut
Karen
Akhirnya aku dan kedua temanku, Via dan Karen pergi ke
pedagang pinggiran itu.
“kalian tunggu sini dulu ya!” kataku kepada Via dan Karen
sedangkan aku datang kepada Jane.
Aku berjalan kea rah mobil Jane sambil berteriak. “Jaaanneee….Jaaannneeee….Jaaanneee”.
Jane datang menghampiriku dan berkata “Oh yaa, I’m hear your voice baby. Okay,
kau akan ditemani oleh David, Dimas dan Soraya! Maafkan aku karena aku tidak
bisa ikut, karena aku masih harus menyelesaikan tugas-tugasku!”.
“apa sama David? Yes, yes, yes!!tapi kok sama cewek sinis
itu yaa? Hmm, gunamku.
“apa ada yang salah?” Tanya Jane.
“tidak!” jawabku lantang
“Daaviiiiid, Diiimaaasss, Sooraayaaa… tolong temani gadis
cantik ini makan disana!!!” teriak Jane.
Aku berjalan dengan mereka bertiga, aku melihat David dan
Soraya begitu mesra. Mereka bergandengan tangan
dan bercanda bersama. ini membuat dadaku sesak, sakit, sakit, rasanya.
Aku kira David juga menyukaiku.
“Adik, kamu mau makan apa?” Tanya Dimas
“getuk aja mas” jawabku dengan nada yang lemas karena
melihat David dengan Soraya
Teman-temanku sudah menunggu di kursi-kursi tepat di orang
jualan getuk.
“David, Soraya kita akan makan getuk disana, masih ingatkah
kalian dengan makanan itu?”
“okay! Whatever!” jawab Soraya.
Mereka semua masuk ke warung pinggiran yang menjual gethuk
tersebut kecuali Soraya.
“aduuuhh, kar ganteng banget yang pake kaos hijau tua itu!”
kata via kepada Karen
“iyaa vii, melting gue!!”
“okay, Via, Karen kenalin ini David sama Dimas!” kataku
mengenalkan David dan Dimas kepada Via dan Karen.
Sambil menunggu getuk yang disajikan, Via tampak tersihir
oleh kegantengan David. Sehingga Via selalu kecentilan kepada David.
“Dasar cewek centil, genit! Lihat cowok seger dikit aja
langsung gatel lo viii!!” sindirku kepada Via
“dasar tomboy kesepian! Ga adakan yang mau sama elo! Hahha”
jawab Via sambil melirik ke arah aku.
Hhhhhnnnnggggg, perkataan Via membuat aku emosi sehingga aku
memukul meja dan akan menampar mulut Via. Untung saja Karen menenangkan aku.
“hiii, every body! Getuk is ready! Come on and grab it!”
kata Soraya dengan penuh kebagahian
Aku merasa ada yang ganjal dengan Soraya, baru kali ini aku
melihat Soraya begitu segembira ini. Soraya meletakkan ke enam piring yang
berisi getuk di atas meja. Akupun mengambil saja, begitupula dengan Via dan
Karen. Via pake acara menyuapi David segala lagi, tapi David tidak mau. Hahaha,
ini membuatku tertawa bahagia di dalam hati. Aku merasa seperti ada yang
dirahasiakan dalam meja ini. Soraya yang tadi bahagia tampak gelisah ntah mengapa aku tidak mengerti apa
penyebabnya. Hingga ia membisiki Dimas. Aku tak peduli dengan apa yang terjadi,
aku begitu sangat lapar..lapar..lapaar..sekalii…
“bruuukkk!!!” dimas memukul meja, aku menoleh seketika itu.
aku baru pertama kalinya melihat Dimas tampak marah seperti ini.
“aku tak mau makan seperti ini! Aku mau makanan yang mewah,
makanan yang enak diwarung sebelah, ayo Sor, Vid kita pindah!” teriak Dimas.
Aku tersentak sekali melihat Dimas. Dimaspun menarik Soraya pindah ke warung
sebelah. “hhmm, Via, a sweet girl.
Tolong lepaskan rangkulannya ya. aku harus ke sebelah sebentar. Nanti, aku akan
kemari menemui mu. Trust me!” bujuk David kepada Via. Akhirnya Viapun
melepaskan rangkulannya.
“emang di warung sebelah jual apa ver?” Tanya Karen
“jual Soto Kar! hahahhaha” jawabku tertawa terbahak-bahak,
tenryata makanan yang dimaksud adalah soto.
“ver, aku ngrasa ada yang aneh disini. Apa kalian nggak
kerasa?” Tanya Karen
“iya kar, gue juga ngrasa ada yang aneh!” jawabku
“aahh, itu mah kalian cuman sirik sama gue! Karena gue deket
sama David!” jawab Via
“bodoh aah, gue makan dulu ajaa” jawabku
Diam-diam aku menguping pembicaraan David, Soraya sama
Dimas.
“gimana rasanya dirangkul-rangkul sama anak SD?” sindir Soraya kepad David.
Ohh, ternyata Soraya cemburu pantes aja tadi mukanya kecut
lagi.
“udah Sor ini bukannya waktu buat kali berantem. Ingat
professional, kita lagi ngejalanin misi. Gimana kita mau nguasai Indonesia
kalau kalian nyampurin perasaan hati sama pekerjaan kita. Ini membunuh kita
juga Sor! Udah deh! Lagian kamu kok bisa lupa seh yang mana yang kamu kasih
serbuk elektrolit sama yang enggak? Untung aja kita nggak ikut makan, bisa mati
kita!” kata Dimas dengan jengkel
Hah? Apa? Aku yang menguping pembicaraan mereka sangat terkejut.
Jadi dipiring ini ada serbuk elektrolit? Apa itu? aduh, mau nguasai Indonesia?
Ini bahaya-bahaya banget.
“okay, dim. Aku minta maaf. nggak seharusnya aku lupa” kata
Soraya menyesali perbuatannya
“tapi kamu cukup hebat, bagaimana kamu bisa mencampurkan
serbuk itu dengan getuk mereka? Terus gimana kita ngambilnya?” tannya David,
meredakan suasana.
“well, I just mixture. Nggak perlu kita ambil, mereka sudah
jadi bom. We just shoot them, dan mereka akan meledak. All people will die dan
kita menjadi penguasa disini!” jelas Soraya
Aku tersentak mendengarnya, aku ingin menangis dan menyesali
perbuatanku. Aku sudah menghabiskan satu piring getuk itu semoga aku tidak
mendapatkan getuk yang ada serbuk elektrolit itu begitupula Karen. Via masih
memakan seperempat dari getuk itu. masih tersisa tiga piring, aku harap serbuk
elektrolit itu ada di tiga piring itu. Aku menjelaskan semuanya pada Via dan
Karen. Namun, sesalnya Via tidak percaya padaku. Dia mengira aku cemburu
padanya. memang, awalnya aku cemburu tapi aku..aku..aku.nggak mau kalau
sahabatku ini terluka. Ini semua salahku, aku yang mengajak dia kesini. Aku
juga harus membebaskannya dari ini semua.
“vii, aku mohon kita harus lari dari sini, aku mohon vii!”
bujukku, aku hampir menangis karenanya.
“sudahlah ver, mungkin ini jalannya Via. Kita harus cepat
kabur dari sini. Biar saja Via, nyawa beribu orang di Indonesia lebih penting”
jelas Karen
Sebelum lari aku menghancurkan getuk-getuk itu dan
menginjak-injaknya di tanah.
“aku rasa getuknya udah hancur Kar ayo kita lari. Satu, dua,
tiga…..” kataku.
Kami brdua lari, Dimas, David dan Soraya datang kembali ke
warung getuk itu.
“mana teman-temanmu itu?” Tanya Soraya
“mereka semua lari karena cemburu melihatku dengan David”
Jawab Via
“dan getuknya?” sahut Dimas
“telah habis” jawab Via dengan senyum-senyum anak jatuh
cinta.
“Sor, kamu urus anak ini. Biar aku sama Dimas kejar mereka.”
Kata David
Aku dan Karen lari sekencang-kencangnya. Hingga aku melihat
Dimas dan David, “Kar ini gimana? Kita lari kemana?” kataku terengah-engah.
“kita berpencar. Aku ke tempat perkemahan lagi. Kamu cari
bantuan okeh ver?” jawab Karen
Akhirnya aku dan Karen berpencar. Aku lari ke atas dan Karen
turun ke daerah perkemahan. Dan Dimas mulai mengejarku sedangkan David mengejar
Vera.
Aku terus berlari menyusuri semak-semak di hantaran ladang
yang luas. Aku takut, aku capek, nafasku terengah-engah. Aku tak kuat lagi. Aku
ingin menangis. Aku ingin pulang. Aku ingin duduk dan berhenti sejenak, detak
jantungku berdetak tak karuan, aku butuh minum. Dimas pun terus mengejarku,
jaraknya semakin lama semakin dekat. Aku mulai mengambil sebuah batu yang dekat
dan aku lempar kepadanya. Alhasil lemparanku tepat pada kepalanya.
Sedangkan aku terus berlari, hingga akhirnya aku menemukan
sekumpulan orang. Mereka menggunakan seragam layaknya TNI. Aku berlari menemui
mereka semua. Dengan nafas terenggah-enggah aku meminta tolong pada mereka,
“paaakk… paak.. tolong saya pak. Tolong saya, saya mohon! Saya dikejar-kejar
orang jahat.” Akhirnya mereka semua menolongku, aku disuruh bersembunyi dibalik
pintu kamar mandi.
Hanya sekitar beberapa menit kemudian, aku mengintip dari
celah pintu yang terbuka. Aku melihat Dimas bersama David, “apa David? Lalu
bagaiman keadaan Karen? Apa dia tertangkap bersama dengan teman-temanku? Oh
Tuhan ini semua salahku, maafkan aakkuuu…” batinku, aku ingin menangis dan
berteriak. Namun semua itu sirna ketika
aku melihat air didalam bak. Mulutku yang kering mulai menarik diriku untuk
mengabil segayung air untuk ku minum. Aku mendengar suara Dimas bertanya
“selamat pagi,pak! (Sambil hormat) permisi, apakah Anda melihat anak kecil
perempuan mengenakan sragam olah raga disini?”
Dan salah satu dari para bapak itu pun menjawab, “maaf nak,
kami tidak melihat!”
Lalu David menyaut, “Oh My God, she is my lovely daughter.
I’m love her, she is still young. Please my daughter come back!”
Aku tidak terlalu peduli dengan percakapan mereka. Aku
begitu haus. Dan akhirnya dengan perlahan aku mengambil dan meminumnya.
Sehingga terdengar suara gemricik air yang terdengar. Aku agak kaget dan
berharap keberadaanku tidak diketahui.
Hingga, ada yang menggebrak
pintuku dan membuatku begitu kaget. Oh, itu Dimas. Aku begitu kaget.
“hahaha, will you run again? It’s
impossible.” Kata David. Aku melihat para bapak-bapak mengenakan pakaian layak
TNI itu diam tak berkutik. Mereka mengelilingiku, David dan Dimas. Aku berusaha
menendang David dan Dimas. Mereka terjatuh dan aku mencoba lari kembali. Namun,
para bapak-bapak tersebut justru menghalangiku. Akhirnya aku terperangkap,
David dan Dimas tampak begitu geram padaku. Mereka menyeretku layaknya aku
gembalaan mereka yang masih lapar dan tak mau pulang dari ladang.
Aku melihat mereka membawaku ke
kumpulan teman-temanku. Mereka berjalan berantai seperti permainan kereta api
waktu play group, permainanku bersama
teman-teman play group dan guruku dulu. Aku masuk dalam barisan
mereka, berjalan satu-satu dan menyusuri sawah. Dimas dan David menaruhku
paling belakang. Namun di belakangku masih ada Soraya. aku berusaha kabur lagi.
Namun, aku menunggu Dimas dan David agar pergi ke depan dahulu. aku membisikkan
kata-kata kepada Tata teman depanku untuk kabur. Aku suruh mereka membisikkan
perintah itu dengan berantai. Aku berusah memperlambat langkahku agar jarak
antara aku, Soraya dan Tata agak jauh. Sehingga, temanku bisa leluasa untuk
kabur.
“sor, I’m very tired and thirsty.
Have you a water?” tanyaku dengan logat sok bahasa inggris.
“we don’t have many time. Come
on!” jawab Soraya
“sor, tali sepatuku lepas!”
tanyaku. Akhirnya, aku disuruh menali sepatuku dahulu. Soraya menungguiku. Aku
membuat waktu terbuang sia-sia agar
teman-temanku bisa lolos. Agar pandangan Soraya selalu tertuju padaku aku
mengajaknya bicara. Hingga aku selesai menali sepatuku, aku meminta Soraya
untuk membantuku bangun. Saat dia mulai jongkok dan menarikku, aku memukul
wajahnya. Tanganku begitu sakit saat memegangya. Saat dia mengangkat kepalanya.
Aku kaget bukan kepalang, wajahnya berubah menjadi separuh besi. Oh, apakah dia
adalah sebuah robot jahat seperti terminator? Apakah dia adalah makhluk
cloning? Dia berusaha bangkit dan aku mulai menendangnya. Aku berlari sekuat
tenaga, terjatuh berkali-kali. Bahkan aku sempat menggelundung dari terasiring
di daerah ladang tersebut. aku terus berlari. Hingga disana ada Dimas. Aku
takut bukan kepalang, hidupku pasti akan berakhir disini. Aku pasti tidak akan
selamat. Aahh, mungkin ini semua bagian dari takdirku. Aku pasrah sajalah.
“berlarilah Nak terus. Teruslah
berlari, ini bukan kehidupanmu. Kau harus pergi. Ceepaat! Kalau tidak hidupmu
tidak akan selamat. Berlarilah Nak, Ceepaaat!!”
aku sangat kaget ketika Dimas
membiarkan aku tawanannya lolos. Aku lihat ada David dari kejauhan, aku terus
berlari. Hingga aku terjebak pada perlarianku sendiri. oh, ini jurang bahwanya
sungai yang sangat lebar, aku pasti mati disini. Di ujung sanapun ada buaya.
Haruskan aku menyerah? Aku lihat disana juga ada orang dipinggir sana. Aku
melihat David mulai dekat, akhirnya aku menjatuhkan diriku. aku menyelam cukup
lama untuk bersembunyi dari David. Akhirnya David pergi saat aku bangun dari
menyelam aku melihat mobil jip Jane. Aku kiarap, saat aku bangun. Aku melihat
Jane telah jauh. Aku melihat si buaya siap menyantapku. Oh, malangnya nasibku.
Kakiku mulai kaku. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dengan pakain
compang-camping layaknya orang gila, aku diseret naik ke darat dan akhirnya aku
selamat. Aku sangat berterimakasih padanya. dia adalah penyelamat bagiku. Aku
berlari mencari tumpangan ke kota, namun yang membuatku ganjal Kakek itu tetap
mengikutiku. Aku sudah bilang agar kakek tersebut pulang saja. Namun dia tetap
mengikutiku. Aku membiarkan saja, akhirnya ada mobil kijang dan aku ikut
didalamnya bersama kakek tua tersebut. dan ternyata isi dari mobil tersebut adalaaaaahh…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar