Rabu, 28 Agustus 2013

Run Away


                Suatu hari sekolahku mengadakan wisata ke gunung, tepatnya kami akan bermalam beberapa hari disebuah hutan yang pohonnya besar-besar. Kami semua turun dari bus, melihat hamparan langit nan indah ini. “Waaaahhhh” teriakku setelah turun dari bus. Ini pasti wisata yang sangat menyenangkan. Aku berjalan menyusuri jalan-jalan, aku melihat dipinggir jalan terdapat beberapa pedagang asongan seperti menjual jajan-jajanan bahkan makanan seperti soto. “wah lumayan, nanti kalau makanan disekolah enggak enak, aku bisa jajan disini” gunamku dalam hati. Tiba-tiba, seorang wanita cantik dari suatu kumpulan orang-orang yang terlihat seperti menyeramkan memanggilku datang  kepadannya. “hhaaiiii, hhaaiiii,, bisakah kau kemari sebentar?” teriaknya. Aku melihat ke kanan, ke kiri dan berputar ke belakang, tidak ada orang disekitarku, hanya aku seorang. “tidak ada orang disini selain saya. apakah anda memanggil saya untuk datang menenmui anda?” teriakku.  “ya, cepatlah kemari!” teriak salah satu dari mereka. Aku pun berjalan menuju mereka yang jaraknya hanya 30 kaki untuk melangkah. “baiklah aku disini! oh, ya! Aku anggap teriakanmu yang memanggilku tadi adalah salam perkenalan yang sangat buruk untukku, padahal jarakku yang sedang berada didepan pedagang pinggiring dengan jarakmu yang berada di mobilmu hanya sekitar 30kaki. Haruskah anda tadi berteriak seperti itu nona cantik?” kataku. Mereka semua tertawa mendengar perkataanku. “hahhaha, kau anak SD saja, jago bicara apalagi jika kau sudah dewasa!” kata salah satu dari mereka, aku hanya diam mendengarkan perkataannya sambil menyengir. “baiklah, aku minta maaf kepadamu, perkenalkan namaku Jane!” kata seorang wanita cantik yang berteriak-teriak memanggil namaku. “sudah ku tebak, kau pasti bukan warga Negara Indonesia asli!” jawabku. “kau sangat pintar ternyata, Nak! Perkenalkan ini teman-temanku David, Dimas,  Soraya, Jacky, Elen, Hana, dan Firman” kata Jane memperkenalkan teman-temannya. Aku terdiam saat menatap wajah David, kulitnya putih, hidungnya mancung, bibirnya merah dan dia terlihat senyum padaku memamerkan lesung pipitnya. Oh he is so awesome! “Baiklah, nak! Ini perkenalan dari kami, sebagai permintaan maaf aku akan mengajaku mu untuk makan pedagang pinggiran sana. Apakah kau mau?” tawarnya yang membangunkan lamunanku. Dengan sedikit wajah yang agak meledak dan sok jual mahan, aku terdiam dan sok meragu dengan tawaran yang mereka tawarkan. “baiklah, nak! Ajak beberapa teman yang kau mau, aku akan membayari semuanya, demi kamu!” tawar Jane. Aku masih memasang tampangku yang sok jual mahal hingga seorang guruku berteriak memanggilku untuk membantu mendirikan tenda. “baiklah, aku akan kemari saat aku istirahat dan membawa temanku!” aku berteriak sambil berlari. “aku anggap teriakanmu adalah balasan salam perkenalan kami yang terburuk!” teriak Jane
 “vid, I think she is like you. I looked when she was see you, she liked look her prince and the prince is you! Hahhaha!” kata Jacky kepada David
“what the hell? How fucking you are! She is just little girl! I don’t like it. Just shut up!” kata Davit kepada Jacky
“but you give smile to her! hahaha” sambung Soraya dengan wajah cemburu
“please baby, I smile for every people. Please believe me! I just love you. Only you in my heart! Trust me” jawab David
“okay, how if we bet? I have Rp 500k, are you agree with me?” kata Jack kepada David
“okay” david menyanggupinya.
“wes talah mas bro! taruhan iku ora oleh karo agama! Duso, duso, duso!” saut Firman
“shut up! Sek kenal duso a kowe? Lapo sek ndek kene? Wes pirang abad kowe ga solat? Sek iling a karo agama?” jawab jacky dengan nada yang kesal dengan logat inggris, namun dengan percakapan bahasa jawa.   
“allright, guys. Please shut up! Come on, we must prepare all!” kata Jane kepada teman-temannya.
                Setelah beberapa jam aku membangun tenda, aku merasa lelah dan lapar. Aku ingat akan tawaran  Jane untuk makan di pedagang pinggiran. “Siapa yang mau makan disana (menunjuk pedagang pinggiran yang ada di jalan) aku yang bayarin, kalian boleh makan sepuasnya!!!” teriakku dengan nada sombong.
“serius kamu ver?”Tanya Via teman dekatku
“iya ver, serius! Gratis tis tis” jawabku penuh dengan kepastian hingga Via mulai tertarik untuk makan diatas.
“ya udah! Ayook, siapa lagi yang ikut?? Cuman Via aja nih?? Jangan iri loh kalau kita pulang dengan keadaan kenyang dan kalian masih lapar nunggu masakan yang belum matang-matang! Lagian disana ada mas ganteng namanya Mas David, ntar aku kenalin kamu Vi.” Kataku merayu teman-temanku
“namun ver, kami tidak diijinkan untuk keluar dari area sekolah ini! Kami bisa dihukum” saut Ivi
“buseet deh anak satu ini! Cantik sih cantik, tapii -___- terserah lo deh vi. Gue cuman kasihan sama kalian yang kelaparan. Paling-paling gue balik lo udah busung lapar! Udah yuk cabut!” kataku dengan kesal.
“tunggu ver, gue ikut! Gue udah ga kuat nahan lapar!” sahut Karen
Akhirnya aku dan kedua temanku, Via dan Karen pergi ke pedagang pinggiran itu.
“kalian tunggu sini dulu ya!” kataku kepada Via dan Karen sedangkan aku datang kepada Jane.
Aku berjalan kea rah mobil Jane sambil berteriak. “Jaaanneee….Jaaannneeee….Jaaanneee”. Jane datang menghampiriku dan berkata “Oh yaa, I’m hear your voice baby. Okay, kau akan ditemani oleh David, Dimas dan Soraya! Maafkan aku karena aku tidak bisa ikut, karena aku masih harus menyelesaikan tugas-tugasku!”.
“apa sama David? Yes, yes, yes!!tapi kok sama cewek sinis itu yaa? Hmm, gunamku.
“apa ada yang salah?” Tanya Jane.
“tidak!” jawabku lantang
“Daaviiiiid, Diiimaaasss, Sooraayaaa… tolong temani gadis cantik ini makan disana!!!” teriak Jane.
Aku berjalan dengan mereka bertiga, aku melihat David dan Soraya begitu mesra. Mereka bergandengan tangan  dan bercanda bersama. ini membuat dadaku sesak, sakit, sakit, rasanya. Aku kira David juga menyukaiku.
“Adik, kamu mau makan apa?” Tanya Dimas
“getuk aja mas” jawabku dengan nada yang lemas karena melihat David dengan Soraya
Teman-temanku sudah menunggu di kursi-kursi tepat di orang jualan getuk.
“David, Soraya kita akan makan getuk disana, masih ingatkah kalian dengan makanan itu?”
“okay! Whatever!” jawab Soraya.
Mereka semua masuk ke warung pinggiran yang menjual gethuk tersebut kecuali Soraya.
“aduuuhh, kar ganteng banget yang pake kaos hijau tua itu!” kata via kepada Karen
“iyaa vii, melting gue!!”
“okay, Via, Karen kenalin ini David sama Dimas!” kataku mengenalkan David dan Dimas kepada Via dan Karen.
Sambil menunggu getuk yang disajikan, Via tampak tersihir oleh kegantengan David. Sehingga Via selalu kecentilan kepada David.
“Dasar cewek centil, genit! Lihat cowok seger dikit aja langsung gatel lo viii!!” sindirku kepada Via
“dasar tomboy kesepian! Ga adakan yang mau sama elo! Hahha” jawab Via sambil melirik ke arah aku.
Hhhhhnnnnggggg, perkataan Via membuat aku emosi sehingga aku memukul meja dan akan menampar mulut Via. Untung saja Karen menenangkan aku.
“hiii, every body! Getuk is ready! Come on and grab it!” kata Soraya dengan penuh kebagahian
Aku merasa ada yang ganjal dengan Soraya, baru kali ini aku melihat Soraya begitu segembira ini. Soraya meletakkan ke enam piring yang berisi getuk di atas meja. Akupun mengambil saja, begitupula dengan Via dan Karen. Via pake acara menyuapi David segala lagi, tapi David tidak mau. Hahaha, ini membuatku tertawa bahagia di dalam hati. Aku merasa seperti ada yang dirahasiakan dalam meja ini. Soraya yang tadi bahagia tampak gelisah  ntah mengapa aku tidak mengerti apa penyebabnya. Hingga ia membisiki Dimas. Aku tak peduli dengan apa yang terjadi, aku begitu sangat lapar..lapar..lapaar..sekalii…
“bruuukkk!!!” dimas memukul meja, aku menoleh seketika itu. aku baru pertama kalinya melihat Dimas tampak marah seperti ini.
“aku tak mau makan seperti ini! Aku mau makanan yang mewah, makanan yang enak diwarung sebelah, ayo Sor, Vid kita pindah!” teriak Dimas. Aku tersentak sekali melihat Dimas. Dimaspun menarik Soraya pindah ke warung sebelah. “hhmm, Via,  a sweet girl. Tolong lepaskan rangkulannya ya. aku harus ke sebelah sebentar. Nanti, aku akan kemari menemui mu. Trust me!” bujuk David kepada Via. Akhirnya Viapun melepaskan rangkulannya.
“emang di warung sebelah jual apa ver?” Tanya Karen
“jual Soto Kar! hahahhaha” jawabku tertawa terbahak-bahak, tenryata makanan yang dimaksud adalah soto.
“ver, aku ngrasa ada yang aneh disini. Apa kalian nggak kerasa?” Tanya Karen
“iya kar, gue juga ngrasa ada yang aneh!” jawabku
“aahh, itu mah kalian cuman sirik sama gue! Karena gue deket sama David!” jawab Via
“bodoh aah, gue makan dulu ajaa” jawabku
Diam-diam aku menguping pembicaraan David, Soraya sama Dimas.
“gimana rasanya dirangkul-rangkul sama anak SD?”  sindir Soraya kepad David.
Ohh, ternyata Soraya cemburu pantes aja tadi mukanya kecut lagi.
“udah Sor ini bukannya waktu buat kali berantem. Ingat professional, kita lagi ngejalanin misi. Gimana kita mau nguasai Indonesia kalau kalian nyampurin perasaan hati sama pekerjaan kita. Ini membunuh kita juga Sor! Udah deh! Lagian kamu kok bisa lupa seh yang mana yang kamu kasih serbuk elektrolit sama yang enggak? Untung aja kita nggak ikut makan, bisa mati kita!” kata Dimas dengan jengkel
Hah? Apa? Aku yang menguping pembicaraan mereka sangat terkejut. Jadi dipiring ini ada serbuk elektrolit? Apa itu? aduh, mau nguasai Indonesia? Ini bahaya-bahaya banget.
“okay, dim. Aku minta maaf. nggak seharusnya aku lupa” kata Soraya menyesali perbuatannya
“tapi kamu cukup hebat, bagaimana kamu bisa mencampurkan serbuk itu dengan getuk mereka? Terus gimana kita ngambilnya?” tannya David, meredakan suasana.
“well, I just mixture. Nggak perlu kita ambil, mereka sudah jadi bom. We just shoot them, dan mereka akan meledak. All people will die dan kita menjadi penguasa disini!” jelas Soraya
Aku tersentak mendengarnya, aku ingin menangis dan menyesali perbuatanku. Aku sudah menghabiskan satu piring getuk itu semoga aku tidak mendapatkan getuk yang ada serbuk elektrolit itu begitupula Karen. Via masih memakan seperempat dari getuk itu. masih tersisa tiga piring, aku harap serbuk elektrolit itu ada di tiga piring itu. Aku menjelaskan semuanya pada Via dan Karen. Namun, sesalnya Via tidak percaya padaku. Dia mengira aku cemburu padanya. memang, awalnya aku cemburu tapi aku..aku..aku.nggak mau kalau sahabatku ini terluka. Ini semua salahku, aku yang mengajak dia kesini. Aku juga harus membebaskannya dari ini semua.
“vii, aku mohon kita harus lari dari sini, aku mohon vii!” bujukku, aku  hampir menangis karenanya.
“sudahlah ver, mungkin ini jalannya Via. Kita harus cepat kabur dari sini. Biar saja Via, nyawa beribu orang di Indonesia lebih penting” jelas Karen
Sebelum lari aku menghancurkan getuk-getuk itu dan menginjak-injaknya di tanah.
“aku rasa getuknya udah hancur Kar ayo kita lari. Satu, dua, tiga…..” kataku.
Kami brdua lari, Dimas, David dan Soraya datang kembali ke warung getuk itu.
“mana teman-temanmu itu?” Tanya Soraya
“mereka semua lari karena cemburu melihatku dengan David” Jawab Via
“dan getuknya?” sahut Dimas
“telah habis” jawab Via dengan senyum-senyum anak jatuh cinta.
“Sor, kamu urus anak ini. Biar aku sama Dimas kejar mereka.” Kata David
Aku dan Karen lari sekencang-kencangnya. Hingga aku melihat Dimas dan David, “Kar ini gimana? Kita lari kemana?” kataku terengah-engah.
“kita berpencar. Aku ke tempat perkemahan lagi. Kamu cari bantuan okeh ver?” jawab Karen
Akhirnya aku dan Karen berpencar. Aku lari ke atas dan Karen turun ke daerah perkemahan. Dan Dimas mulai mengejarku sedangkan David mengejar Vera.
Aku terus berlari menyusuri semak-semak di hantaran ladang yang luas. Aku takut, aku capek, nafasku terengah-engah. Aku tak kuat lagi. Aku ingin menangis. Aku ingin pulang. Aku ingin duduk dan berhenti sejenak, detak jantungku berdetak tak karuan, aku butuh minum. Dimas pun terus mengejarku, jaraknya semakin lama semakin dekat. Aku mulai mengambil sebuah batu yang dekat dan aku lempar kepadanya. Alhasil lemparanku tepat pada kepalanya.
Sedangkan aku terus berlari, hingga akhirnya aku menemukan sekumpulan orang. Mereka menggunakan seragam layaknya TNI. Aku berlari menemui mereka semua. Dengan nafas terenggah-enggah aku meminta tolong pada mereka, “paaakk… paak.. tolong saya pak. Tolong saya, saya mohon! Saya dikejar-kejar orang jahat.” Akhirnya mereka semua menolongku, aku disuruh bersembunyi dibalik pintu kamar mandi.
Hanya sekitar beberapa menit kemudian, aku mengintip dari celah pintu yang terbuka. Aku melihat Dimas bersama David, “apa David? Lalu bagaiman keadaan Karen? Apa dia tertangkap bersama dengan teman-temanku? Oh Tuhan ini semua salahku, maafkan aakkuuu…” batinku, aku ingin menangis dan berteriak.  Namun semua itu sirna ketika aku melihat air didalam bak. Mulutku yang kering mulai menarik diriku untuk mengabil segayung air untuk ku minum. Aku mendengar suara Dimas bertanya “selamat pagi,pak! (Sambil hormat) permisi, apakah Anda melihat anak kecil perempuan mengenakan sragam olah raga disini?”
Dan salah satu dari para bapak itu pun menjawab, “maaf nak, kami tidak melihat!”
Lalu David menyaut, “Oh My God, she is my lovely daughter. I’m love her, she is still young. Please my daughter come back!”
Aku tidak terlalu peduli dengan percakapan mereka. Aku begitu haus. Dan akhirnya dengan perlahan aku mengambil dan meminumnya. Sehingga terdengar suara gemricik air yang terdengar. Aku agak kaget dan berharap keberadaanku tidak diketahui.
Hingga, ada yang menggebrak pintuku dan membuatku begitu kaget. Oh, itu Dimas. Aku begitu kaget.
“hahaha, will you run again? It’s impossible.” Kata David. Aku melihat para bapak-bapak mengenakan pakaian layak TNI itu diam tak berkutik. Mereka mengelilingiku, David dan Dimas. Aku berusaha menendang David dan Dimas. Mereka terjatuh dan aku mencoba lari kembali. Namun, para bapak-bapak tersebut justru menghalangiku. Akhirnya aku terperangkap, David dan Dimas tampak begitu geram padaku. Mereka menyeretku layaknya aku gembalaan mereka yang masih lapar dan tak mau pulang dari ladang.
Aku melihat mereka membawaku ke kumpulan teman-temanku. Mereka berjalan berantai seperti permainan kereta api waktu play group, permainanku bersama teman-teman play group  dan guruku dulu. Aku masuk dalam barisan mereka, berjalan satu-satu dan menyusuri sawah. Dimas dan David menaruhku paling belakang. Namun di belakangku masih ada Soraya. aku berusaha kabur lagi. Namun, aku menunggu Dimas dan David agar pergi ke depan dahulu. aku membisikkan kata-kata kepada Tata teman depanku untuk kabur. Aku suruh mereka membisikkan perintah itu dengan berantai. Aku berusah memperlambat langkahku agar jarak antara aku, Soraya dan Tata agak jauh. Sehingga, temanku bisa leluasa untuk kabur.
“sor, I’m very tired and thirsty. Have you a water?” tanyaku dengan logat sok bahasa inggris.
“we don’t have many time. Come on!” jawab Soraya
“sor, tali sepatuku lepas!” tanyaku. Akhirnya, aku disuruh menali sepatuku dahulu. Soraya menungguiku. Aku membuat waktu  terbuang sia-sia agar teman-temanku bisa lolos. Agar pandangan Soraya selalu tertuju padaku aku mengajaknya bicara. Hingga aku selesai menali sepatuku, aku meminta Soraya untuk membantuku bangun. Saat dia mulai jongkok dan menarikku, aku memukul wajahnya. Tanganku begitu sakit saat memegangya. Saat dia mengangkat kepalanya. Aku kaget bukan kepalang, wajahnya berubah menjadi separuh besi. Oh, apakah dia adalah sebuah robot jahat seperti terminator? Apakah dia adalah makhluk cloning? Dia berusaha bangkit dan aku mulai menendangnya. Aku berlari sekuat tenaga, terjatuh berkali-kali. Bahkan aku sempat menggelundung dari terasiring di daerah ladang tersebut. aku terus berlari. Hingga disana ada Dimas. Aku takut bukan kepalang, hidupku pasti akan berakhir disini. Aku pasti tidak akan selamat. Aahh, mungkin ini semua bagian dari takdirku. Aku pasrah sajalah.
“berlarilah Nak terus. Teruslah berlari, ini bukan kehidupanmu. Kau harus pergi. Ceepaat! Kalau tidak hidupmu tidak akan selamat. Berlarilah Nak, Ceepaaat!!”  aku sangat kaget  ketika Dimas membiarkan aku tawanannya lolos. Aku lihat ada David dari kejauhan, aku terus berlari. Hingga aku terjebak pada perlarianku sendiri. oh, ini jurang bahwanya sungai yang sangat lebar, aku pasti mati disini. Di ujung sanapun ada buaya. Haruskan aku menyerah? Aku lihat disana juga ada orang dipinggir sana. Aku melihat David mulai dekat, akhirnya aku menjatuhkan diriku. aku menyelam cukup lama untuk bersembunyi dari David. Akhirnya David pergi saat aku bangun dari menyelam aku melihat mobil jip Jane. Aku kiarap, saat aku bangun. Aku melihat Jane telah jauh. Aku melihat si buaya siap menyantapku. Oh, malangnya nasibku. Kakiku mulai kaku. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dengan pakain compang-camping layaknya orang gila, aku diseret naik ke darat dan akhirnya aku selamat. Aku sangat berterimakasih padanya. dia adalah penyelamat bagiku. Aku berlari mencari tumpangan ke kota, namun yang membuatku ganjal Kakek itu tetap mengikutiku. Aku sudah bilang agar kakek tersebut pulang saja. Namun dia tetap mengikutiku. Aku membiarkan saja, akhirnya ada mobil kijang dan aku ikut didalamnya bersama kakek tua tersebut. dan ternyata isi dari mobil tersebut adalaaaaahh…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….



 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar