MALIN KUNDANG
Adegan 1
Dijaman dahulu kala, tinggalah seorang janda muda dan anak
putranya di sebuah desa pinggir pantai. Mereka hidup penuh kasih sayang. Namun,
kebutuhan ekonominya sangat miris sekali. Malin kundang nama anak janda tua
itu. Suaminya telah meninggal dunia, disaat malin masih berada di dalam
kandungan.
Suatu
hari, malin bermain di pantai. Dan tiba-tiba dia jatuh tersandung batu karang…
Malin
: “huu..huu..huu.. ibuu..ibuu.. sakit! Kepalaku berdarah! Ibuu.. ibuu.. “
(menangis dan teriak)
(ibu malin kundang berlari menghampiri malin kundang)
Ibu : “ada apa malin anak ku ?” (khawatir)
Malin :
“aku terjatuh, dan kepalaku berdarah !’ (nangis terisak-isak)
Ibu :
“cup..cupp.. sudah jangan menagis ! Ayo kita pulang, biar kita bersihkan lukanya”
(menenangkan)
Adegan 2
Beberapa
tahun kemudian, malin sudah tumbuh dewasa. Dia menjadi pria yang tampan, gagah,
cerdas, dan rajin sekali.
Pada
suatu hari saat malin kundang berada di tepi pantai datanglah Merchant
menemuinya.
Merchant :
“hai anak muda ! kamu anak yang tampan, gagah, rajin serta cerdas. Sungguh
percuma bila kau hanya berdiam diri disini”
Malin :
“maaf pak. Maksud anda apa ?”
Merchant :
“begini anak muda, kau addalah anak yang cerdas serta tampan. Kau akan jadi
orang sukses bila kau pergi ke kota
bersama ku ?”
“kau
dapat memperbaiki nasibmu disana. Hidupmu akan jauh bahagia. Kau bisa beli apa
yang kau inginkan.”
Malin :
“bila aku pergi ke kota, bagaimana dengan ibuku ? dia akan merasa kesepian
disini ?”
Merchant :
“tenang sajalah, orang-orang di desa ini kan ramah-ramah. Mereka pasti akan
menemani ibumu selama kau pergi berlayar. Lagi pula jika kamu sudah menjadi
kaya dan sukses, kau bisa ajak ibumu ke kota bukan ?
Malin :
“hhmm.. baiklah pak. Akan aku pikir dulu tawaran anda. Dan aku juga harus Tanya
kepada ibu terlebih dahulu”
Adegan tiga
Malin kundang pulang ke rumah dan menemui ibunya…
Malin :
“ibuu..ibuu… ibu dimana ?”
Ibu :
“iya malin anak ku, ada apa ?”
Malin :
“ibu, aku ingin berlayar ke kota. Aku rasa, bila aku hidup disana, aku bisa memperbaiki
nasib kita. Aku akan menjadi orang sukses dan kaya raya…”
Ibu :
“tapi malin ? hidup di kota tidak sepenuhnya indah ..”
Malin : “malin hanya ingin memperbaiki nasib kita
saja bu..”
Ibu :
“tidak, malin ibu tidak mengijinkanmu! Ibu khawatir dengan mu..”
Malin :
“ibuu , aku sudah besar. Ibu tidak perlu
khawatir lagi denganku . aku sudah bisa menjaga diri ku sendiri. ini demi
kebaikan kita juga bu..”
Heniingg…
Ibu :
“baiklah malin, ibu mengijinkan mu.. “ (sedih dan berat hati)
malin :
“terima kasi bu.. terimakasih . nanti malin akan menjadi orang sukses dan kaya
raya di kota. Dan malin pasti pulang dan mengajak ibu kesana…”
ibu :
“iyaa , malin . ibu pasti akan rindu sekali denganmu. Dan ibu pasti akan mendoakan
kamu..”
Adegan empat
keesokan
harinya, pagi-pagi betul malin dan merchant akan pergi berlayar. Berdirilah
seorang ibu dan gadis cantik di pinggir pantai..
malin :
“ibu malin pamit dulu yaa , doakan malin menjadi orang sukses di kota..”
ibu :
“tentu, malin. Ibu akan mendoakanmu. Jaga diri mu baik-baik nak! Jangan lupa
ibadah disana.”
Malin :
“iyaa bu malin tidak akan lupa. Malin sayang ibu..“
Ibu :
“ya nak, ibu juga sayang malin..”
Malin :
“dik, aku titip ibu ku jaga beliau baik-baik !”
Gadis :
“tentu , mas. Aku pasti jaga ibumu..”
Merchant :
“hai , anak muda ! cepat kemari. Kita tidak punya banyak waktu..”
Malin :
“ ibu , dik aku pergi dulu yaa.. dik, jaga ibu baik-baik yaa… aku sayang
kalian.. aku pasti pulang nanti !” (teriak malin sambil berlari menuju kapal )
Adegan Lima
Selama
malin tidak ada, ibu janda itu selalu menangis dan berdoa. Ia selalu
memikirkan,bagaimana keadaan malin. Malam-malamnya selalu di isi dengan
lantunan doa dan solat tahajud. Ia tampak kurus kering keriput. Beliau juga
sakit-sakitan. Untungnya masih ada gadis cantik itu yang selalu menemani ibu
janda yang sudah tua.
Ibu :
“ya allah , ya rahman , ya rahim… hamba mohon lindungilah malin anak ku. Kabulkan lah segala keinginannya itu. Jauhkanlah dia dari segala kejahatan.
Lancarkanlah segala rejekinya. Dan semoga ia cepat pulang. Tolong sampaikan
rinduku kepadanya. Aku sangat merindukannya ya allah.. kabulkanlah doa hamba mu
ini. Amin..”
Setiap hari , ibu
mali selalu berdoa. Mendoakan anaknya itu yang tak kunjung datang .
Gadis :“ibu
ini sudah malam, aku mau pamit pulang dulu. Ibu tenang saja, kak Malin pasti
baik-baik saja.”
Ibu :
“iyaa , nak. Kamu pulang saja. Terima kasih nak, kamu sudah menemani aku
disini..”
Gadis :
“assalamu’alaikum”
Ibu :
“walaikumsalam”
Bertahun-tahun Malin kundang tiada kabar. Ini membuat ibunya resaah sekali. Ia khawatir dengan anaknya.
Adegan Enam
Malin kudang adalah pekerja keras. Ia sangat rajin dan cekat
mengerjakan segala tugasnya. Ini membuat atasannya kagum sekali. Selain rajin,
cerdas dan cekatan, dia juga sangat tampan. Sehingga, ia berniat untuk
menjodohkan putrinya dengan malin kundang…
Tuan :
“Malin, kemari nak …”
Malin :
“iyaa, tuan. Ada apa ?”
Tuan :
“aku akan mengenalkan putriku kepadamu. Ini dia . cantik bukan ?
Malin dan si cantik
berjabat tangan dan berkenalan..
Mereka saling mengenal satu sama lain. Hingga suatu hari ,
malin melamar anak bos ini…
Malin :
“pertama memandangmu, jantungku berdegup sangat kencang. Melihat matamu membuat
ku seakan tak berdaya. Kau sangat cantik dan lembut. senyum mu sangat menawan,
menghiasi hari-hariku. Bersyukurlah pria yang mendapatkan mu. Dan aku ingin
sekali untuk menjadi pria itu.”
(Si cantik ini hanya tersipu malu dan tertunduk saja.)
Malin :
“kau adalah wanita yang ku cari selama ini. Wanita yang ingin ku jadikan
sebagai pendamping hidupku.. dan ijinkanlah aku untuk mempersunting mu.”
(Si cantik hanya tersenyum saja.)
Malin :
‘maukah kamu menikah dengan ku , cantik ?”
Si cantik :
“ tentu aku mau menikah denga pemuda tampa sepertimu.” “tapi
? bagaima dengan keluargamu ? keluarga ku sudah setuju kita menikah.”
Malin :
“hhmm.. keluarga ? aku sudah tidak punya keluarga lagi. Aku hanyalah anak
sebatang kara .”
Si cantik :
“maafkan aku, sayang. Aku tak bermaksud mengingatkanmu”
Akhirnya pun mereka menikah.
Adegan Tujuh
ibu malin masih terus menagis dan berdoa. Hingga suatu hari,
datanglah penduduk desa menemuinya.
Villager : “malin sudah menikah dengan anak saudagar
kaya raya. Dia menjadi orang yang sukses disana. Istrinya pun sangat cantik
sekali”
Ibu :
“benarkah ? mana dia sekarang ? bagaimna kabarnya dan keadaanya ? kapan dia kembali
kesini”
Villager :
“entah lah, aku tidak tau yang aku tau dia sudah menikah”
Ibu :
“malinn.. anak kuu ? aku rindu dengan mu..”
Villager :
“sabar, malin sebentar lagi juga kembali kesini”
Adegan Delapan
Malin dan istrinya hendak berlayar. Di tengah-tengah
perjalanan, kapalnya tersandung karang. Dan akhirnya ia terdampar di desanya
dulu..
Malin :
“ini kan desaku dulu ? bagaimana kabar ibuku ? (berkata dengan lirih)
Istri :
“ada apa sayangku ? kamu kenal dengan tempat ini ?”
Malin :
“tentu tidak sayang. Tempat apa ini ? kumuh seperti ini ?”
Merchant :
“mungkin, kita akan bermalam di tempat ini. Kapal kita rusaknya sangat parah sekali..”
Malin :
“tidak ?”
Istri :
“kenapa sayang ?”
Malin :
“tempat ini sangat kotor dan kumuh,
sayangku. Gadis cantik sepertimu tidak cocok disini”
Istri :
“sudahlah sayang, tidak papa. Aku sudah terbiasa”
Adegan
Sembilan
Villager
: “malin pulang. Kapalnya terdampar di pantai !! “
Ibu :
“benerkah , malin anak ku sudah pulang ?”
Villager :
“benar, dia disana sekarang ..”
Gadis :
“alhamduliillah, akhirnya kak malin pulang juga”
Ibu langsung lari keluar menemui malin.
Ibu :
“malin, anak ku. Akhirnya kau pulang juga. Ini aku ibumu. Sudah berahun-tahun
kita tidak bertemu”
Karena
malu dengan keadaan ibunya yang sangat jelek seperti itu. Malin tidak mau
mengakui ibunya sendiri.
Malin :
“dasar wanita gila! Mengaku-ngaku ibuku ! ibuku tidak jelek sepertimu !
pergi kau dari sini”
Ibu :
“tidak malin, aku ibumu. Aku yang membesarkanmu penuh dengan cinta. dan lihat
di kepalamu ada bekas luka jatuh dulu. Ini kamu malin, anak ku”
Malin :
“aku memang malin, tapi aku tidak punya ibu sepertimu”
(ibu malin bersujud dan memeluk kaki malin)
Ibu :
“malin , ini aku ibuu mu. Ibu rindu sekali dengan mu !”
Istri :
“malin, benarkah dia ibumu ?”
Malin :
“bukan sayang. Dia bukan ibuku. Mungkin dia sudah gila !”
Gadis :
“kak malin dia ibu mu. Jahat sekali kau tidak mengakuinya!”
Malin :
“pergi kau , wanita biadab ! dasar gila mengaku-ngaku ibuku…!!”(mendorong
ibunya sampai jatuh)
Ibu :
“dasar anak durhaka kau malin ! ku kutuk kau jadi batu !”
Suara petir menggelegar. Dan akhirnya malin terkutuk menjadi
batu.
Amanat : kita tidak boleh durhaka
kepada orang tua kita. Karena dia yang membesarkan kita menyayangi dan mengasuh
kita dengan tulus.
Blognya cantik secantik orangnya , saya suka saya suka .... Heheheehehee ( comment back yach )
BalasHapusmakasih makasih :D
Hapusmakasih makasih :D
BalasHapus