aku duduk di ayunan kayu
di depan kantor TK ku. Aku duduk sendiri menunggu mama datang untuk
menjemputku. Sekolahku tampak sepi hanya
angin yang datang memberi alunan lagu pada pepohon sehingga membuatnya
menari menghiburku. Teman-temanku sudah pulang terlebih dahulu. Memang, aku
tidak sendiri di sekolah masih ada guru-guruku yang tampak sibuk di kantor.
Tapikan ini sudah pukul 12.00 WIB ?? padahal aku pulang pukul 10.00 WIB. Pikiran
buruk mulai menghiasi anganku. Aku takut sesuatu yang buruk menimpa mamaku. Aku
mulai merasa gelisah. Mama kemana ?? mama dimana ?? aku mencoba menahan air
mataku. Ku tepis semua angan buruk yang ada di pikiranku.
Beberapa menit kemudian,
muncul seorang wanita memarkir motornya dan datang menemuiku. Tersentak hatiku
saat melihatnya. Aku langsung lari menuju beliau dan berteriak,
“mamaaaa…mamaaa……!!!!!!!!” ku peluk tubuhnya untuk menepis seluruh rasa
khawatirku. aku tetap menahan air mataku supaya aku tak terlihat sedih. “mama
kemana sih kok lama jemputnya ?”
Aku di bonceng mamaku
menggunakan sepeda motor. Ku peluk perutnya erat seakaan tak ingin lepas
darinya. “ya allah, tolong jangan
pisahkan aku dari pelukan mamaku. Aku tak ingin berpisah dengannya.”
Pintaku dalam hati. Bersama mama aku terasa nyaman. Dalam peluknya aku merasa
tenang.
Aku sering menghabiskan
waktu dengan mamaku di tempat kerjanya. Mamaku bekerja di salah satu swalayan.
Disana mamaku menanamkan sahamnya. Aku sering melihat mamaku melayani
pelanggan. Beliau melayaninya dengan senyuman yang indah dan ramah. Padahal
sebenarnya beliau sangat lelah dan letih dalam menjalankan aktivitasnya. “ma,
mama mau kemana ?” beliau beranjak pergi dari tempatnya.
Mamaku datang menemuiku
dan membawakan sebungkus roti tawar dan sebotol susu. “makan dulu sana. Kamu
belum makan nanti sakit nduk*(sapaan untuk anak perempuan-jawa) !” suruh
mamaku. “mama juga makan ya ?” pintaku . mamaku menyobek satu lembar roti tawar
dan memakannya kemudian beliau kembali melayani para pelanggan lagi.
Terkadang jika mamaku
sedang tidak kerja dan ayah baruku sedang bekerja aku habiskan waktu dengan
mamaku di kamar. Tiduran bersama. Aku sangat menyukai waktu ini. Dimana kita
sama-sama melakukan relaksasi. Bercerita
bersama dan harapan mama terhadapku di masa depan. Dari dulu mamaku selalu
menginginkan aku agar nanti besarnya aku bisa bersekolah di Amerika dan
mendapat beasiswa. Beliau juga sangat berharap aku memiliki banyak piala. Aku
melihat mata mamaku dengan saat mendalam doa itu tulus di ucapkan oleh mamaku
terhadapku dan semoga Allah akan mengabulkannya.
Dan jika mamaku sedang
asyik berbelanja aku selalu di ajaknya. aku mencintai semua waktu bersama
mamaku. Aku tak ingin semua ini berakhir. Aku selalu ingin bersama mamaku.
Pagi-pagi sekali, kami
semua sudah terbangun dari tidur. “kamu punya adik lagi!” seru mamaku yang
duduk di atas kursi di depan meja rias. Aku, adikku yang laki-laki dan ayah
baruku loncat gembira di atas kasur saat mendengar berita dari mamaku. Aku
merasa senang dan bahagia. Ada seorang bayi
yang akan lahir di kehidupan kita. Seorang adik lucu yang akan menghiasi
hari-hari keluarga yang baru.
“Terimakasih Ya Allah, ini anugerah terindah yang aku
dapati Setelah ku lewati kepahitan kehidupan yang sudah berlalu. Terimakasih Ya
Allah atas cinta dan kasih sayangmu”
Waktu terus berjalan, tak
di sangka adikku yang baru telah lahir ke dunia. Dia perempuan. Aku sangat
bahagia mengetahui bahwa adikku ini adalah perempuan.
Namun, akhir-akhir
ini mama berubah tak seperti dulu. Mama
lebih sering di kamar. Kami sudah tak pernah menghabiskan waktu bersama lagi.
Bahkan, mamaku sekarang lebih sering di rumah sakit. Aku tidak tau apa yang
terjadi dengan mamaku yang aku tau mamaku hanya sakit sesak nafas saja. Di
rumah sakit itu pun tidak hanya tinggal sehari saja namun berhari-hari. Rumahku
terasa sepi tak ada tawa yang menghiasi hari-hari ini. Terkadang di rumah hanya
aku dan adikku saja, tak ada orang lain tak ada siapapun. Aku tak mengerti
tentang semuanya. Yang aku rasakan semuanya terasa sibuk dengan urusannya
masing-masing. Terkadang adik dan ibu dari mamaku menemaniku. Rasa rindu
dihatiku mulai menggebu untuk bertemu dengan mamaku. Sesekali ayah kembali
pulang ke rumah. Aku sangat senang jika ayah ke rumah. “yah, mama gimana ?
kapan mama pulang ?” tanyaku menggebu kepada ayah. “sebentar lagi mama pulang. Kamu
mau jajan ? sudah sana beli!” jawab ayahku dan menyodorkan uang 1000 rupiah
kepadaku dan adikku. Aku dan adikku langsung berlari menuju tokoh dan membeli
jajan. Kembali ke rumah ayah sudah siap-siap pergi lagi dengan membawa tas
besar berisi baju ganti untuk mama. Beberapa hari kemudian ayah kembali pulang
lagi, saat itu aku sedang di rumah dengan mbah dan tenteku. Ayah meminta untuk
dibuatkan jus jambu untuk mamaku. Tanteku cepat mencari jambu dan membuatkannya
jus. Dituangkan jus itu kedalam botol besar tersebut. dan ayahku kembali pergi
meninggalkan rumah dan menuju rumah sakit. Aku hanya bisa terdiam melihat
tingkah laku mereka semua. Aku tak mengerti apapun tentang semua ini. Mungkin,
karena aku masih kecil tak sewajarnya aku untuk mengerti.
Mamaku pulang kembali ke
rumah. Aku sangat senang sekali. akhirnya mama kembali lagi. Tapi, saat aku
melihat keadaan mamaku yang seperti ini. Aku tak dapat berkutik apapun. Aku
hanya mampu melihatnya dari jarak kejauhan. Rambut mamaku mulai merontok,
pikirku sampo yang digunakannya tidak cocok. Gusi mamaku mulai sering
mengeluarkan darah. Aku tak mengerti tentang apa yang terjadi. Tak seorangpun
bercerita tentang apa yang terjadi. Jika aku bertanya mereka hanya menjawab
“anemia”. “Anemia itu apa ?” tanyaku dengan keheranan. “kekurangan darah” jawab
mereka. “mama kapan sembuhnya ?” jawabku lagu. “nanti pasti sembuh” jawab
mereka menenangkan perasaanku. Aku tak mengerti apa-apa, aku hanya mempercayai kata-kata
mereka. Sehingga bila guru-guruku atau teman-temanku bertanya aku hanya
menjawab “anemia. Mamaku kekurangan darah dan nanti pasti sembuh”
Terkadang aku bermain di
kamarnya. Duduk disampingnya saat beliau berbaring. Dan beliau berkata “nanti
jangan berani sama ayah, tante, mbahbuk dan paklek. Mereka nanti yang merawat
kamu”. Air mataku sudah mau berjatuhan tapi aku masih mencoba untuk tegar.
Mencoba menahan air mataku yang sudah mau menetes. “iya ma..” jawabku dengan
parau dan mencoba menahan air mata ini. Aku pergi meninggalkan mamaku. Aku
berjalan keluar dari kamar itu. dan aku masih berusaha menahan air mata itu.
Berkali-kali mamaku keluar
masuk rumah sakit. Kembali ke rumah dan pergi ke rumah sakit.
Hingga suatu hari, mamaku dibawa
ke rumah sakit lagi. Saat itu aku sedang belajar buku bahasa inggris kelas dua
SD. Karena, saat itu aku masih duduk di bangku SD. aku tak kuat lagi menahan
air mataku saat mendengar jika mama akan dibawa ke rumah sakit lagi.
Cepat-cepat ku basuh air mataku dan mencoba untuk tegar dan bertanya “mama mau
ke rumah sakit lagi ?” tak ada yang menghiraukan pertanyaanku ini. Semua
terlihat sibuk. Aku terdiam sebentar dan aku kembali bertanya lagi “mama mau ke
rumah sakit lagi ?” ayahku menjawab “iya”. Aku tak kuasa menahan air mata ini,
air mataku mulai berjatuhan. Segera ku masukan bukuku ke dalam tas karena aku
tahu meskipun aku tak belajar aku tak akan faham pelajaran itu. malam itu mama
dan ayah pergi ke rumah sakit. Di rumah hanya ada aku, adik-adikku, mbahbuk,
tante dan paklekku. Tapi, akhirnya paklekku menyusul ke rumah sakit juga.
Malam ini aku tertidur
lelap di balut mimpi. Malam ini tak suram namun ku merasa sendu.
Pagi itu aku berangkat
sekola seperti biasa. Belajar di kelas bersama teman-teman. Bel istirahat berbunyi
aku dipanggil ke kantor. Para guru-guruku sangat terkagum-kagum saat melihat
gambaranku. Itu membuat mereka mengikut sertakan aku dalam sebuah perlombaan
mewarnai tingkat kecamatan. Aku diajak ke perpus dan disuruh untuk mewarna dan
melihat gambaran-gambaran. Sekitar satu jam kemudian pas waktu untuk pulang aku
disuruh kembali ke kelas untuk berdoa pulang. Aku sangat senang sekali saat
mengetahui jika aku mewakili sekolahku untuk lomba mewarnai. “ahh, sampai di
rumah aku akan bercerita kepada tante. Aku akan meminta tante untuk mengabarkan
berita ini kepada mama dan ayah. Semoga saja mereka bahagia mendengar semua
ini.” Batinku.
“nanti bu guru dan pak
guru akan ke rumah. Kami mau bicara dengan orang tuamu! Nanti kita pulang
bersama di antar pak guru” kata guruku di depan kelas.
“ya bu. Tapi di rumah
nggak ada siapa-siapa. Mama sama ayah masih di rumah sakit! Tapi di rumah ada
tante kok bu” jawabku
“nggak papa. Yaa, sekalian
mampir!” jawabku.
Aku diantarkan pulang oleh
kedua guruku. Saat aku sampai rumah, rumahku sangat ramai dikerumunin banyak
orang. Aku bingung tentang semua ini. Apa yang sedang terjadi ??? ada apa ini
??? aku melihat salah satu teman akrab mamaku. “tante di rumah ada apa kok
ramai banget ? mama sekarang ada dimana tante ?? aku mau masuk lewat mana ini
??” tanyaku menggebu pada teman mamaku itu. “ii..nii.. aa..ca.raa syuukuraaan
mamamu. Bentar lagi mamamu pulang. Tapi kamu jangan masuk kesini. Adik-adikmu
ada di rumah tante. Ayo ke rumah tante. Nanti ayah, mama sama tantemu juga ke
rumah tante ! itu lo diantar sama paklekmu… ” jelas tanteku
Aku mengikuti saja apa
kata teman mamaku itu. dia teman akrab mamaku, jadi tidak mungkin dia berbohong
padaku.
Di rumah tanteku, aku
merasa bosan sekali dan benar-benar bosan. Aku hanya bermain dengan anaknya dan
adikku saja. Kalau tak begitu yaa kami menonton acara di TV.
Sekitar empat jam
kemudian, bibiku datang menjemputku. Mukanya tampak lencu dan berlinang air
mata. Dia meraihku dan memelukku begitu erat. Dicium pipiku penuh keharuan. Aku
masih tidak mengerti tentang apa yang terjadi. Tak ada pikiran di otakku
sekalipun.
“mama mana bik ?” tanyaku
pada bibiku.
“di rumah mbah. Ayo kita
kesana bareng-bareng!” jawab bibiku dengan masih memelukku.
Aku mengikuti saja. Di
dalam mobil ada orang banyak. Ada yang tak ku kenal di antara
saudara-saudaraku. Mungkin mereka teman ayahku atau mamaku. Aku melihat
pemandangan luar dari dalam mobil.
Lama perjalanan dari
kotaku ke rumah mbahku. Membuat kami semua sampai tujuan malam hari. Sampai di
depan rumah mbahku sebelum aku turun aku bertanya lagi, “ada apa ini ?” .
bibiku menjawab, “ada slametan. Ngrayain kesembuhan mamaku”.
Aku langsung turun dari
mobil dan berteriak, “ayaaaaaaaaaaahhhhhh !” aku belari menuju ayahku dan
ayahku datang memelukku. Aku bercerita tentang kejadian di sekolah jika aku
diikutkan lomba mewarna mewakilkan sekolah. “yah, guruku ngikutin aku lomba
mewarna gara-gara tadi mereka lihat gambaranku dan gambaran ayah di halaman
terakhir buku mewarnaku” Ayahku menjawab, “iya nanti diajarin ayah lagi”.
“yah, mama mana ? mama
mana ? aku ingin menceritakan ini semua kepada mama.” Rengekku.
Ayahku terdiam dan
memelukku. Beliau mulai meneteskan air matanya. Dan aku masih merengek ingin
bertemu mamaku..
“yah. Ayah.. mama kemana
?” air mataku mulai berjatuhan saat
melihat ayahku menangis dalam diamnya.
“kamu mau lihat mama ?
mama disana tapi kamu nggak boleh nangis!” kata ayahku sambil menahan air
matanya.
Aku menangis
sekencang-kencangnya saat aku mengetahui jika mamaku sudah pulang kembali ke
Allah. Aku tak percaya semuanya secepat ini. Aku menangis dan terus menangis
sekencang-kecangnya saat mengetahui kenyataan ini. Ini terasa menyakitkan dan
memilukan. Semua ini terasa menyekik
nadiku. Semua kebohongan ini terasa begitu manis tampaknya dan begitu pahit
dirasakan. Ya Allah, aku mencintai
mamaku. Ya Allah aku sayang mamaku. Tolong ya Allah, terima dia disisiMu.
Tolong, ampuni dosanya. Jauhkan beliau dari api neraka. Dan tolong terima dia
di surgaMu. Amin amin amin. Terimakasih Ya Allah atas segala limapahan
rahmatmu. Dan beri petunjuk kepada kami semua untuk selalu bertaqwa kepadaMu.
Amin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar