Sabtu, 09 Juni 2012

cinta ini belum mati

aku duduk di ayunan kayu di depan kantor TK ku. Aku duduk sendiri menunggu mama datang untuk menjemputku. Sekolahku tampak sepi hanya  angin yang datang memberi alunan lagu pada pepohon sehingga membuatnya menari menghiburku. Teman-temanku sudah pulang terlebih dahulu. Memang, aku tidak sendiri di sekolah masih ada guru-guruku yang tampak sibuk di kantor. Tapikan ini sudah pukul 12.00 WIB ?? padahal aku pulang pukul 10.00 WIB. Pikiran buruk mulai menghiasi anganku. Aku takut sesuatu yang buruk menimpa mamaku. Aku mulai merasa gelisah. Mama kemana ?? mama dimana ?? aku mencoba menahan air mataku. Ku tepis semua angan buruk yang ada di pikiranku.
Beberapa menit kemudian, muncul seorang wanita memarkir motornya dan datang menemuiku. Tersentak hatiku saat melihatnya. Aku langsung lari menuju beliau dan berteriak, “mamaaaa…mamaaa……!!!!!!!!” ku peluk tubuhnya untuk menepis seluruh rasa khawatirku. aku tetap menahan air mataku supaya aku tak terlihat sedih. “mama kemana sih kok lama jemputnya ?”
Aku di bonceng mamaku menggunakan sepeda motor. Ku peluk perutnya erat seakaan tak ingin lepas darinya. “ya allah, tolong jangan pisahkan aku dari pelukan mamaku. Aku tak ingin berpisah dengannya.” Pintaku dalam hati. Bersama mama aku terasa nyaman. Dalam peluknya aku merasa tenang.
Aku sering menghabiskan waktu dengan mamaku di tempat kerjanya. Mamaku bekerja di salah satu swalayan. Disana mamaku menanamkan sahamnya. Aku sering melihat mamaku melayani pelanggan. Beliau melayaninya dengan senyuman yang indah dan ramah. Padahal sebenarnya beliau sangat lelah dan letih dalam menjalankan aktivitasnya. “ma, mama mau kemana ?” beliau beranjak pergi dari tempatnya.
Mamaku datang menemuiku dan membawakan sebungkus roti tawar dan sebotol susu. “makan dulu sana. Kamu belum makan nanti sakit nduk*(sapaan untuk anak perempuan-jawa) !” suruh mamaku. “mama juga makan ya ?” pintaku . mamaku menyobek satu lembar roti tawar dan memakannya kemudian beliau kembali melayani para pelanggan lagi.
Terkadang jika mamaku sedang tidak kerja dan ayah baruku sedang bekerja aku habiskan waktu dengan mamaku di kamar. Tiduran bersama. Aku sangat menyukai waktu ini. Dimana kita sama-sama melakukan relaksasi.  Bercerita bersama dan harapan mama terhadapku di masa depan. Dari dulu mamaku selalu menginginkan aku agar nanti besarnya aku bisa bersekolah di Amerika dan mendapat beasiswa. Beliau juga sangat berharap aku memiliki banyak piala. Aku melihat mata mamaku dengan saat mendalam doa itu tulus di ucapkan oleh mamaku terhadapku dan semoga Allah akan mengabulkannya.
Dan jika mamaku sedang asyik berbelanja aku selalu di ajaknya. aku mencintai semua waktu bersama mamaku. Aku tak ingin semua ini berakhir. Aku selalu ingin bersama mamaku.
Pagi-pagi sekali, kami semua sudah terbangun dari tidur. “kamu punya adik lagi!” seru mamaku yang duduk di atas kursi di depan meja rias. Aku, adikku yang laki-laki dan ayah baruku loncat gembira di atas kasur saat mendengar berita dari mamaku. Aku merasa senang dan bahagia. Ada seorang bayi  yang akan lahir di kehidupan kita. Seorang adik lucu yang akan menghiasi hari-hari keluarga yang baru.
“Terimakasih Ya Allah, ini anugerah terindah yang aku dapati Setelah ku lewati kepahitan kehidupan yang sudah berlalu. Terimakasih Ya Allah atas cinta dan kasih sayangmu”
Waktu terus berjalan, tak di sangka adikku yang baru telah lahir ke dunia. Dia perempuan. Aku sangat bahagia mengetahui bahwa adikku ini adalah perempuan.
Namun, akhir-akhir ini  mama berubah tak seperti dulu. Mama lebih sering di kamar. Kami sudah tak pernah menghabiskan waktu bersama lagi. Bahkan, mamaku sekarang lebih sering di rumah sakit. Aku tidak tau apa yang terjadi dengan mamaku yang aku tau mamaku hanya sakit sesak nafas saja. Di rumah sakit itu pun tidak hanya tinggal sehari saja namun berhari-hari. Rumahku terasa sepi tak ada tawa yang menghiasi hari-hari ini. Terkadang di rumah hanya aku dan adikku saja, tak ada orang lain tak ada siapapun. Aku tak mengerti tentang semuanya. Yang aku rasakan semuanya terasa sibuk dengan urusannya masing-masing. Terkadang adik dan ibu dari mamaku menemaniku. Rasa rindu dihatiku mulai menggebu untuk bertemu dengan mamaku. Sesekali ayah kembali pulang ke rumah. Aku sangat senang jika ayah ke rumah. “yah, mama gimana ? kapan mama pulang ?” tanyaku menggebu kepada ayah. “sebentar lagi mama pulang. Kamu mau jajan ? sudah sana beli!” jawab ayahku dan menyodorkan uang 1000 rupiah kepadaku dan adikku. Aku dan adikku langsung berlari menuju tokoh dan membeli jajan. Kembali ke rumah ayah sudah siap-siap pergi lagi dengan membawa tas besar berisi baju ganti untuk mama. Beberapa hari kemudian ayah kembali pulang lagi, saat itu aku sedang di rumah dengan mbah dan tenteku. Ayah meminta untuk dibuatkan jus jambu untuk mamaku. Tanteku cepat mencari jambu dan membuatkannya jus. Dituangkan jus itu kedalam botol besar tersebut. dan ayahku kembali pergi meninggalkan rumah dan menuju rumah sakit. Aku hanya bisa terdiam melihat tingkah laku mereka semua. Aku tak mengerti apapun tentang semua ini. Mungkin, karena aku masih kecil tak sewajarnya aku untuk mengerti.
Mamaku pulang kembali ke rumah. Aku sangat senang sekali. akhirnya mama kembali lagi. Tapi, saat aku melihat keadaan mamaku yang seperti ini. Aku tak dapat berkutik apapun. Aku hanya mampu melihatnya dari jarak kejauhan. Rambut mamaku mulai merontok, pikirku sampo yang digunakannya tidak cocok. Gusi mamaku mulai sering mengeluarkan darah. Aku tak mengerti tentang apa yang terjadi. Tak seorangpun bercerita tentang apa yang terjadi. Jika aku bertanya mereka hanya menjawab “anemia”. “Anemia itu apa ?” tanyaku dengan keheranan. “kekurangan darah” jawab mereka. “mama kapan sembuhnya ?” jawabku lagu. “nanti pasti sembuh” jawab mereka menenangkan perasaanku. Aku tak mengerti apa-apa, aku hanya mempercayai kata-kata mereka. Sehingga bila guru-guruku atau teman-temanku bertanya aku hanya menjawab “anemia. Mamaku kekurangan darah dan nanti pasti sembuh”
Terkadang aku bermain di kamarnya. Duduk disampingnya saat beliau berbaring. Dan beliau berkata “nanti jangan berani sama ayah, tante, mbahbuk dan paklek. Mereka nanti yang merawat kamu”. Air mataku sudah mau berjatuhan tapi aku masih mencoba untuk tegar. Mencoba menahan air mataku yang sudah mau menetes. “iya ma..” jawabku dengan parau dan mencoba menahan air mata ini. Aku pergi meninggalkan mamaku. Aku berjalan keluar dari kamar itu. dan aku masih berusaha menahan air mata itu.
Berkali-kali mamaku keluar masuk rumah sakit. Kembali ke rumah dan pergi ke rumah sakit.
Hingga suatu hari, mamaku dibawa ke rumah sakit lagi. Saat itu aku sedang belajar buku bahasa inggris kelas dua SD. Karena, saat itu aku masih duduk di bangku SD. aku tak kuat lagi menahan air mataku saat mendengar jika mama akan dibawa ke rumah sakit lagi. Cepat-cepat ku basuh air mataku dan mencoba untuk tegar dan bertanya “mama mau ke rumah sakit lagi ?” tak ada yang menghiraukan pertanyaanku ini. Semua terlihat sibuk. Aku terdiam sebentar dan aku kembali bertanya lagi “mama mau ke rumah sakit lagi ?” ayahku menjawab “iya”. Aku tak kuasa menahan air mata ini, air mataku mulai berjatuhan. Segera ku masukan bukuku ke dalam tas karena aku tahu meskipun aku tak belajar aku tak akan faham pelajaran itu. malam itu mama dan ayah pergi ke rumah sakit. Di rumah hanya ada aku, adik-adikku, mbahbuk, tante dan paklekku. Tapi, akhirnya paklekku menyusul ke rumah sakit juga.
Malam ini aku tertidur lelap di balut mimpi. Malam ini tak suram namun ku merasa sendu.
Pagi itu aku berangkat sekola seperti biasa. Belajar di kelas bersama teman-teman. Bel istirahat berbunyi aku dipanggil ke kantor. Para guru-guruku sangat terkagum-kagum saat melihat gambaranku. Itu membuat mereka mengikut sertakan aku dalam sebuah perlombaan mewarnai tingkat kecamatan. Aku diajak ke perpus dan disuruh untuk mewarna dan melihat gambaran-gambaran. Sekitar satu jam kemudian pas waktu untuk pulang aku disuruh kembali ke kelas untuk berdoa pulang. Aku sangat senang sekali saat mengetahui jika aku mewakili sekolahku untuk lomba mewarnai. “ahh, sampai di rumah aku akan bercerita kepada tante. Aku akan meminta tante untuk mengabarkan berita ini kepada mama dan ayah. Semoga saja mereka bahagia mendengar semua ini.” Batinku.
“nanti bu guru dan pak guru akan ke rumah. Kami mau bicara dengan orang tuamu! Nanti kita pulang bersama di antar pak guru” kata guruku di depan kelas.
“ya bu. Tapi di rumah nggak ada siapa-siapa. Mama sama ayah masih di rumah sakit! Tapi di rumah ada tante kok bu” jawabku
“nggak papa. Yaa, sekalian mampir!” jawabku.
Aku diantarkan pulang oleh kedua guruku. Saat aku sampai rumah, rumahku sangat ramai dikerumunin banyak orang. Aku bingung tentang semua ini. Apa yang sedang terjadi ??? ada apa ini ??? aku melihat salah satu teman akrab mamaku. “tante di rumah ada apa kok ramai banget ? mama sekarang ada dimana tante ?? aku mau masuk lewat mana ini ??” tanyaku menggebu pada teman mamaku itu. “ii..nii.. aa..ca.raa syuukuraaan mamamu. Bentar lagi mamamu pulang. Tapi kamu jangan masuk kesini. Adik-adikmu ada di rumah tante. Ayo ke rumah tante. Nanti ayah, mama sama tantemu juga ke rumah tante ! itu lo diantar sama paklekmu… ” jelas tanteku
Aku mengikuti saja apa kata teman mamaku itu. dia teman akrab mamaku, jadi tidak mungkin dia berbohong padaku.
Di rumah tanteku, aku merasa bosan sekali dan benar-benar bosan. Aku hanya bermain dengan anaknya dan adikku saja. Kalau tak begitu yaa kami menonton acara di TV.
Sekitar empat jam kemudian, bibiku datang menjemputku. Mukanya tampak lencu dan berlinang air mata. Dia meraihku dan memelukku begitu erat. Dicium pipiku penuh keharuan. Aku masih tidak mengerti tentang apa yang terjadi. Tak ada pikiran di otakku sekalipun.
“mama mana bik ?” tanyaku pada bibiku.
“di rumah mbah. Ayo kita kesana bareng-bareng!” jawab bibiku dengan masih memelukku.
Aku mengikuti saja. Di dalam mobil ada orang banyak. Ada yang tak ku kenal di antara saudara-saudaraku. Mungkin mereka teman ayahku atau mamaku. Aku melihat pemandangan luar dari dalam mobil.
Lama perjalanan dari kotaku ke rumah mbahku. Membuat kami semua sampai tujuan malam hari. Sampai di depan rumah mbahku sebelum aku turun aku bertanya lagi, “ada apa ini ?” . bibiku menjawab, “ada slametan. Ngrayain kesembuhan mamaku”.
Aku langsung turun dari mobil dan berteriak, “ayaaaaaaaaaaahhhhhh !” aku belari menuju ayahku dan ayahku datang memelukku. Aku bercerita tentang kejadian di sekolah jika aku diikutkan lomba mewarna mewakilkan sekolah. “yah, guruku ngikutin aku lomba mewarna gara-gara tadi mereka lihat gambaranku dan gambaran ayah di halaman terakhir buku mewarnaku” Ayahku menjawab, “iya nanti diajarin ayah lagi”.
“yah, mama mana ? mama mana ? aku ingin menceritakan ini semua kepada mama.” Rengekku.
Ayahku terdiam dan memelukku. Beliau mulai meneteskan air matanya. Dan aku masih merengek ingin bertemu mamaku..
“yah. Ayah.. mama kemana ?” air  mataku mulai berjatuhan saat melihat ayahku menangis dalam diamnya.
“kamu mau lihat mama ? mama disana tapi kamu nggak boleh nangis!” kata ayahku sambil menahan air matanya.
Aku menangis sekencang-kencangnya saat aku mengetahui jika mamaku sudah pulang kembali ke Allah. Aku tak percaya semuanya secepat ini. Aku menangis dan terus menangis sekencang-kecangnya saat mengetahui kenyataan ini. Ini terasa menyakitkan dan memilukan. Semua  ini terasa menyekik nadiku. Semua kebohongan ini terasa begitu manis tampaknya dan begitu pahit dirasakan. Ya Allah, aku mencintai mamaku. Ya Allah aku sayang mamaku. Tolong ya Allah, terima dia disisiMu. Tolong, ampuni dosanya. Jauhkan beliau dari api neraka. Dan tolong terima dia di surgaMu. Amin amin amin. Terimakasih Ya Allah atas segala limapahan rahmatmu. Dan beri petunjuk kepada kami semua untuk selalu bertaqwa kepadaMu. Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar