Sabtu, 15 Desember 2012

12-12-12


Waktu itu pukul 24.00 WIB tengah malam, aku terbangun dari tidurku. Mataku yang separuh masih mengantuk membuat pandangan mata ini berasa dipenuhi dengan kunang-kunang.
From : Bryan
Date : 12-12-12
Time : 24.00 WIB
Morning Nesha ! be happy with this special day. I wish you always happy. Don’t forget make wish in this special day. Love you!
                Ku lirik sebelah kiri bantalku, terbaring ponsel bewarna putih yang mulai bergetar. Ku ambil ponsel itu ku lihat pesan dari Bryan yang baru saja bergetar menguraikan kunang-kunang yang ada pada mataku.






               


                “Why always Bryan??” keluhku. Bryan memang sangat baik. Dia adalah sahabat terbaik ku. Namun, perhatiannya yang berlebihan kepadakumembuat aku menjadi enggan kepadanya. Bryan memang asik sekali untuk diajak mengobrol dan bercerita. Dia selalu memberi ide-ide gila yang selalu membuat aku tertawa.
                Aku ambil secarik kertas ku tuliskan my wishes di atas kertas tersebut. ku lipatnya menjadi sebuah perahu. Dan ku masukkan perahu tersebut kedalam sebuah botol. Setelah usai menuliskan my wishes tanpa pikir panjang aku langsung mengabaikan pesan dari Bryan. “Aku tinggal tidur sajalah lagian nanti pagi aku ada kelas” batinku.
#Kamar Bryan..
                “hhmm, lama banget Nesha nggak balas pesanku? Padahal sudah jam 03.00 pagi” bryan Nampak bingung padahal biasanya Nesha selalu terbangun bila ada pesan masuk. Akhirnya Bryan kembali melanjutkan tidurnya.
#Pagi itu di kamar Nesha,
                Aku mulai bersiap-siap menata bukuku dan berangkat menuju sekolahku. Tiba-tiba terdengar bel berbunyi dari kamarku. “tingtong..tingtong” . “siapa ya pagi-pagi ke rumah? Aahh, pasti ini Bryan. Rajin sekali sudah jemput aku”. ku buka pintu kamarku, tak kutemui seorangpun ada di depan pintu. Hanya ada teman-temanku yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. “morning, Maria! Do you look people who switched my bell ?” tanyaku kepada Maria, tetanggaku. “morning Nesha, I think I’m not looked” jawab Maria. “okay, thanks babe!” jawabku.
                Aku kembali masuk mengambil tas, buku dan perahu wishesku. Setelah itu aku mulai berangNesh ke sekolah. Saat aku mau mengunci kamarku. Ku lihat secarik kertas dibawah pintu kamarku.
Dear Nesha .
Morning Nesha!  Be happy with this special day. I wish you always happy. Love you so much J
                                Your Love
 





                “siapa lagi yang kirim ucapan seperti ini pakai atas nama your love lagi. Ah, mungkin Bryan lagi  ini.” Dengan segara aku berangNesh ke sekolah siapa tahu aku bertemu Bryan dan menanyakan tentang surat ini.
                Di pintu gerbang sekolah tak sengaja aku melihat tas hijau tua yang biasa dikenakan Bryan. Aku segera berlari dan berteriak menuju Bryan.
“kamu kirim surat kaleng buat aku?” tanyaku
“surat kaleng? Tadi pagi? Yang benar aja babe? Aku tadi tengah malam sms kamu nunggu balesan kamu sampai jam 03.00 WIB tapi kamu nggak balas pesanku. Ya, akhirnya aku lanjutin tidur lagi daripada nunggu pesan dari kamu!” jelas Bryan
“loh? Lah? Are you sure, Bryan?” penasaranku semakin meningNesh, siapa pengirim surat misterius ini.
“maybe Jason! Cowok yang kamu suka mulai dari semester awal sampai semester lima itu!”
“impossible!” ungkapku dengan cemburut.
                Tiba-tiba Bryan menarik hidungku dan berjalan meninggalkan aku dibelakang. Aku mencoba mencoba mengejar dan membalasnya. Dan saat itu, aku melihat Jason. Jason tersenyum kepadaku. Semyum ini sangat berbeda dari biasanya. Baru pertama kali aku melihat Jason tersenyum. Terkadang dia adalah cowok yang sungguh cuek sekali dengan gadis-gadis di sekolah yang menyukainya. Hatiku mengelak tentang apa yang aku lihat. Namun, senyuman Jason mencairkan perasaan dingin di hati ini. Aku pun membalas senyum kecil dari bibir ini.
                “Nesh, bell is ringing!” aku dan Bryan segera berlari menyusuri tangga . memijak anak tangga satu ke anak tangga lainya.
                Pukul 10.00 materi yang diberikan telah dirasa cukup. Akhirnya kelas hari ini diakhiri.
“Nesh, sorry I have promise with my friends to play football. So, I can’t go home with you!” kata Bryan.
“hhmm, okay! No problem, be happy with your friends! Bye” kataku kepada Bryan.
                Ku susuri jalan yang damai dan tentram ini. Merpati-merpati berterbangan kesana kemari dengan penuh kebahagian. Entah mengapa tiba-tiba benakku mengajakku menyusuri jalanan dan kaki menuju danau. “kebetulan di danau aku taruh my wishes supaya my wishes berjalan menyusuri  ombak di danau. Bagaimanapun nanti, apa yang akan terjadi atau tidaknya aku serahkan semuanya ke Tuhanku. Karena hanya kepadanya semua akan kembali. Dan aku yakin bahwa Tuhan akan memberika yang terbaik untuk diriku.” kataku saat menaruh my wishes di dalam danau.
                Kakiku terasa enggan untuk melangkah. Aku masih ingin berada di tempat ini mendengarkan gemericikan air. Ketenangan aku rasakan disini. Hilir angin yang sepoi membuat aku nyaman tinggal disini.
                Tiba-tiba datanglah seorang pria duduk disampingku. Dia menyapaku dengan senyum dibibirnya. Lagi-lagi senyumnya itu mencairkan perasaan ini. Siapa lagi kalau bukan Jason. Laki-lakinya yang sudah lama aku sukai. Mulai dari semester awal dan akhir semester lima. Banyak wanita-wanita rupawan mengharapkan cintanya. Namun, tak ada diantara mereka yang dicintai.
                “hi, Jas! What are you doing in here?”
                “saya tidak mengerti mengapa aku bisa berada disini.”
                “you can speak Indonesian?”
                “hhaha, yes I can. Saya dulu juga pernah tinggal di Indonesian walau hanya dalam lima bulan. Ibu saya adalah orang American tapi ayah saya adalah orang Indonesian.”
                “aku kira orang Idonesian yang ada disini hanya aku dan Bryan saja. Ternyata kamu juga. Ngomong-ngomong kenapa kamu nggak pulang?”
                “entahlah aku tak mengerti, aku hanya mengikuti langkah kaki dan perasaanku yang mengingankan menyusuri jalan ini dan berhenti di danau ini.”
                “senang sekali aku dapat berbincang-bincang denganmu”
                “aku pun juga begitu”
                “boleh aku Tanya sesuatu?”
                “apa yang mau kamu tanyakan?”
                mungkinkah kamu mengirimkan sebuah surat misterius kepada seorang wanita?”
                Jason terdiam sejenak..
                “kalau sesuatu itu aku inginkan kenapa tidak aku lakukan?”
                sekarang giliranku terdiam dengan jawaban Jason. Pernyataan tersebut membuat aku bingung. Bahkan lebih membingungkan daripada merangkai sebuah robot.  Jason terdiam pula, tak ada kalimat Tanya yang ia keluarkan. Aku tak mengerti harus berbuat apa? Aku juga tak tau harus bertanya apa? Dan akhirnya dia mengeluarkan suara…
                “tanggal hari ini cukup bagus yaa?”
                “aahh,, mm.. hh.. oohh iya bagus sekali.” pertanyaan Jason membuat aku gugup dan salah tingkah tingkat stadium akhir. Kenapa dia harus bertanya seperti ini. Dia membuatku gugup dan teringat dengan my wishes yang aku taruh di danau ini.
                “iya, tanggal 12-12-12”  
                “nn..gg.. kamu bikin wishes untuk hari ini?”
                “wishes? Aku bikin baru saja tadi wishesku aku lempar ke danau ini sebelum  aku bertemu kamu dan duduk disini. bagaimana dengan kamu?
                “a..akuu.. ak..ku.. juga bikin wishes kok. Tadi sebelum kamu datang kemari aku taruh wishesku di danau ini.” Kejadian ini membuat jantungku semakin berdetak lebih keras. Aku gugup, aku salah tingkah.
                “well…”
                Lalu kami berdua saling terdiam satu sama lain. Dua jam  kami berbincang-bincang dan akhirnya kami mulai terdiam. Jason tidak mengeluarkan suaranya sama sekali. aku melihat Jason yang terus memperhatikan jamnya yang terus berdetik. Dia tampak begitu serius dengan apa yang dia lakukan. Aku mencoba bertanya tentang apa yang dia lakukan.
                “Jas, kenapa kamu lihat jam terus?” dia tidak menjawab pertanyaanku.
#lima menit kemudian..
                “Jas, are you okay?” Jas masih terdiam dan memperhatikan jam ditangannya.
                Aku tak mengerti dengan apa yang dilakukan Jason. Dia tadi tampak friendly. Tapi mengapa dia bisa berubah dalam kurun waktu secepat itu. ini membuat aku jerah dan membuat aku ingin meninggalkan Jason. Meskipun kesempatan seperti sangat jarang sekali tapi sikap Jason membuat aku kesal.
                Dan saat aku berdiri dan hendak berjalan, Jason mengenggam tanganku.
                “sudah lama aku menunggu waktu ini datang. Waktu yang tepat dan kesempatan yang tepat. Tentu kamu tahu pastinya siapa yang mengirim surat kaleng itu kepadamu? Tentu kamu pasti tau apa arti senyuman yang aku berikan kepadamu? Dan apakah kamu tak mengerti mengapa aku memandang jam tanganku secara serius? Semua ini aku lakukan demi kamu. Aku mencintaimu sejak awal. namun, dari awal aku sudah memiliki planning untung menyatakan cinta kepadamu pada saat tanggal 12 bulan 12 dan tahun 2012. Pukul 12 lebih 12 menit. Dan sekarang adalah waktunya, aku tak ingin melakukan kecacatan pada menit dan detik ini. Dan ini adalah saatnya aku menyatakan cintaku kepadamu”
                Aku kaget mendengar semua penjelasan Jason yang di ungkapkan padaku. Aku terhentak, aku merasa jantungku bergejolak dengan cepatnya. Dan akhirnya Jason merunduk dihadapanku, dia meraih tanganku daaaannnn ……………
                “aku tak mau banyak berbasa-basi, karena akan banyak waktu yang terbuang. Satu detikpun lewat ini semua tak menjadi special. Dan ini saatnya aku mengatakan, maukah dirimu menjadi pelengkap hari dalam hidupku?”
                Aku diam mendengar ini semua. Aku tersentak, aku tak dapat berkata-kata. Aku hanya tersenyum dan menganggungk-anggukan kepalaku pertanda aku mau.,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar