Sabtu, 21 April 2012

Aku Korban Asap Rokok


                Aku duduk di bangku kelas tujuh SMP. Aku bersokalah di sekolah favorit di kotaku. Sekolahku sangat bagus dan tergolong mewah dan megah. Bahkan sekolahku tergolong sekolah yang sanga elit. Teman-temanku adalah anak para penjabat yang berlimpah uang. Namun,  Aku bukanlah seorang anak kaya raya yang berlimpah uang dimana-mana. Aku berbeda dengan teman-temanku. Aku hanyalah seorang anak tukang sapu di sebuah perusahaan yang sangat besar dan ibuku hanyalah tukan cuci baju di kampong.
                Memang, sungguh tak pantas, jika aku bersekolah di sekolah yang sangat elit tersebut. bila di hitung-hitung gaji orang tuaku sangat tidak cukup untuk membayar uang SPP. Janganlan untuk membayar SPP, untuk makan saja sangat kekurangan.
                Aku adalah anak kedua di keluargaku. Aku mempunyai kakak laki-laki yang sangat tampan dan pandai. Namun, takdirku tidak selalu mulus seperti harapanku. Kakak laki-lakiku meninggal saat aku duduk di kelas lima SD. Dia terkena penyakit TBC. Memang, penyakit itu dapat disembuhkan. Tapi, tentu saja untuk membayar perawatan uang kakak ku tidak sedikit. Tapi, karena krisisnya ekonomi keluargaku yang sangat buruk dan tidak cukup untuk membayar biaya rumah sakit kakak ku, penyakit kakak ku tidak dapat teratasi dengan baik. Akhirnya kakak ku dibawa pulang dan dirawat di rumah.
                Dan aku mempunyai satu adik cantik yang masih bersekolah di TK. Dia tampak manis dan imut, hampir sama seperti diriku. SPP adek ku saja nunggak enam bulan. Bahkan, jika dalam satu tahun uang SPP adik ku tidak dibayar, adik ku akan di keluarkan dari sekolah. Tidak jarang ibuku menangis bersimpuh di hadapan kepala sekolah sekolah TK itu. beliau meminta keringanan untuk mrmbayar SPP. Syukurlah kepala sekolah adik ku ini memiliki sifat yang baik dan dermawan sehingga ibuku mendapat potongan sebesar 30%.
                Aku tergolong anak yang berprestasi dan pintar. Aku selalu mendapat peringkat satu di kelas. Bahkan, aku selalu masuk pringkat tiga pararel di kelas. Selain aku anak yang pintar, aku adalah anak yang mudah bersosialisasi dengan teman-temanku. Aku tidak pernah merasa minder dengan keadaanku yang sebenarnya. Malahan, teman-temanku sangat menyayangi aku.
                Dan saat pemilihan ketua Osis, aku dicalonkan oleh beberapa temanku. Mereka sangat mendukung aku dalam menjadi pemimpin Osis. Bahkan bila di persentase kan, anak yang memilih aku sekitar 80%. Ini semua diluar dari dugaanku. Aku sangat bersyukur kepada Allah atas segala limpahan kenikmatan dan karunianya kepadaku.
                Aku tidak hanyak pintar dala bidang akedemik saja. Tapi, aku juga pandai dalam pelajaran Olah Raga dan Kesastraan. Aku sering mengikuti turnamen, perlombaan dan olimpiade. Dan syukurlah aku memenangkan perlombaan itu. ini semua berkat Allah Yang Maha Esa dan doa dari orang tua ku dan dukungan dari orang-orang terdekat.
                Jarak sekolah dari rumahku cukup di bilang sangat jauh mungkin sekitar 8 KM. seperti biasa aku bangun jam 04.00 AM dan berangkat pukul 05.00 AM. Sebelum aku berangkat sekolah aku harus membersihkan seisi rumah dan membuat sarapan untuk keluargaku. Dan tak lupan sebelum aku berangkat aku selalu berpamitan dan mencium kening orang tuaku dan adik ku terlebih dahulu.
                Untung saja sekolahku masuk pukul 07.45 AM. Sehingga, aku tak perlu berangkat sangat pagi. Mungkin sekitar dua setengah jam aku bisa sampai di sekolah. Seperti biasa, aku duduk di pinggir kernet bus. Dan seperti biasa pula, sang kernet rokok itu selalu mengebul. Dan sering kali si kernet ini mengebulkan asap rokok ke wajahku. Seakan sebuah kebiasaan aku disemprot parfum asap rokok ini. Tak hanya kernet saja yang merokok. Hampir 60% pengunjung merokok di bus itu. dan sekitar 37% penumpang lainnya mengeluh akan asap  rokok. Sisanya 3% hanya menahan amarahnya dan sekali-kali menutup hidung dan mencoba untuk bersabar.               
                Dua setengah jam aku berada di bus yang peuh asap rokok. Ini seakan mebuat sesak nafasku. Namun, aku mencoba bersabar dan berhayal. Dalam hayalanku, bila aku sudah menjadi orang sukses dan mewujudkan cita-citaku untuk menjadi presiden aku akan memberikan smoking room disetiap tempat umum. Seperti, bu, kereta,mall, dsbg. Namun, ini hanya sekedar harapan dan doaku setiap hari.
                Aku turun dari bus dengan keadaan bau dengan asap rokok. Tapi, semua ini tidak menghalangi aku untuk menuntut ilmu dan sama sekali tidak mengurangi semangatku. Aku mengikuti pelajaran sampai jam 01.00 PM. Sebelum aku pulang, aku biasakan diriku untuk menunaikan sholat ashar terlebih dahulu. Setelah aku selesai sholat ashar, aku langsung berlari menuju terminal agar aku tidak tertinggal bus.
                Terkadang, bila ada kegiatan Osis sampai sore dan tidak ada bus untuk pulang ke rumah. Aku terbiasa berjalan. Memang, jarak dari sekolah ke rumah sangatlah jauh. Tapi, itu tidak sama sekali menurunkan niatku untuk menggapai cita-citaku. Dan di saat aku capi aku terduduk dipinggir trotoar jalan. Dan bila aku sedang beruntung, temanku mengantarkanaku pulang ke rumah.
                Hhmm, dan akhirnya aku kembali ke dalam bus rokok itu. aku harus berusaha menahan amarah oelh kebulan asap rokok disekitarku. Mau gimana lagi merokok adalah hak mereka masing-masing. Di dalam waktu perjalanan aku pulang, aku gunakan untuk mengerjakan PR-PR yang aku dapatkan di sekolah tadi. Supaya, saat di rumah nanti aku langsung bisa menggantikan  ibuku utuk mencuci baju tetangga kampungku. Dan tak jarang juga aku teridur didalam  bus dan sangat sering aku tertidur dalam selimutan asapan rokok. Ntah, aku sangat heran mengapa di bus ini sangat banyak perokok.
                Dua tahun setengah aku lewati harihariku seperti itu. hari-hari yang melelahkan dan menjenuhkan yang di kelilinngi asap rokok itu. tapi, itu semua itu tidak mengurungkan niatku. Hingga sekarang aku lebih sering batuk-batuk dan sangat sulit untuk bernafas. Aku merasa bahwa paru-paru seakan bocor dan susah untuk bernafas.
                Hingga suatu hari, aku batuk-batuk di kelas dan mengeluarkan darah. Dan tiba-tiba, aku pingsan di dalam kelas. Teman-temanku segera membawa aku ke UKS sekolah. Disana dokter UKSku memeriksa aku. dan beliau menemukan keganjalan dalam diriku. Beliau belum bisa menvonis aku terkena penyakit apa. Tapi,katanya aku harus segera check up dan memeriksa darahku. Dia hanya berkata padaku bila paru-paruku sudah sangat rusak berat sekali. aku hanya tertunduk diam membisu mendengar perkataan dokter. Kata dokter UKS ku aku harus cepat-cepat dibawa ke rumah sakit untuk segera di obati. Namun, aku tidak punyak uang yang banyak untuk pergi berobat.
                Hingga akhirnya teman-temanku yang sangat kaya raya menggalang dana untukku. Mereka mengumpulkan uang tabungan mereka untukku. Dan para guru-guru juga menyumbang sejumlah uang untuk penyembuhan kesehatanku. Setelah dana tersebut terkumpul aku segera dibawa ke rumah sakit. Aku di obati dan dirawat disana. Namun, uang ratusan juta tersebut tidak cukup untuk menyembuhkan kesehatanku. Hingga, akhirnya orang tuaku menjual tanah mereka untuk tambahan biaya. Tapi, itu semua belum cukup uang. Terlintas dalam benak ku untuk mengakhiri hidupku saja. Karena, aku merasa semua itu seakan sia-sia. Akhirnya, ibuku pergi ke bank untuk mengutang uang dengan jaminan gaji ayahku yang hanya seberapa saja.
                Aku berobat selama satu setengah tahun. Selama itu aku dilarang pergi ke sekolah dan aku tidak tinggal di rumah. Aku tinggal di suatu ruang rumah sakit yang udaranya sangat sejuk dan bersih. Aku tidak di ijinkan untuk bertemu orang lain. Mungkin diriku semacam diasingkan di kehidupan sosial. Di dalam ruang itu hanya ada aku dan Televisi hitam putih dan sebuah ponsel tak bewarna. Mereka yang menemani hari-hariku selama ini. Ini semua tampak sangat membosankan dan menjenuhkan. Terkadang  orang tuaku, teman-teman dekatku, dan beberapa guruku menjenguk ku di ruangan itu. mereka menanyakan  tenang kabarku. tapi sadisnya aku tidak bisa berinteraksi langsung dengan mereka semua. Terdapat sekat kaca yang sangat rapat dan tidak ada celahnya. Bila aku ingin berbicara dengan mereka, aku harus menggunakan ponsel tak bewarna itu untuk menghubungi mereka.
                Setelah dua tahun aku sudah dapat hidup bebas. Namun, kehidupanku yang sekarang ini lebih tampak menyakitkan. Ini semua terasa sakit saat aku mengetahui bahwa aku telah di keluarkan dari sekolah karena aku sudah lama tidak mengikuti pelajaran. Dan kenyataan itu semakin pahit bahwa keluargaku sekarang harus hidup berpindah-pindah. Ini semua karena aku, orang tuaku mengutang di bank dan mereka tiak punya cukup uang untuk membayarnya. Rumah yang kecil dan mungil yang aku tempati dulu sekarang telah tersegel kuning. Aku hanya bisa tertunduk melihat kenyataan itu. dan semua itu semakin sakit saat aku tahu bahwa adek ku yang masih kecil putus sekola karena tidak ada dananya. Aku merasa terpukul dengan segalanya. Hanya air mata yang dapat aku teteskan.
                Dua bulan kemudian, ayahku menyerahkan dirinya ke kantor polisi. Dikarenakan hutang yang semakin menumpuk. Dan aku semakin menangis melihat ayahku yang tertahan di kantor polisi. Sekarang hanya aku yang sudah tak berdaya, ibuku seorang tukang cuci baju dan adik ku yang suduh putus sekolah. Kenyataan pahit harus ku terima lagi, langganan ibuku satu persatu hilang dikarenakan  kemajuan tekhnologi. Mereka semua memiliki mesin cuci dan sudah tidak membutuhkan jasa ibuku lagi. Oh, sekarang aku harus berbuat apa ? aku tak berdaya lagi. Aku sangat menyesal dengan semuanya. Bagaimana aku harus bertahan hidup.
                Hhmm.. ini semua karena kebulan asap rokok. Mereka yang membuat diriku seperti ini. Andai saja aku menutup hidungku dan tidak dekat dengan mereka saat itu. Masa depanku dan keluargaku tak akan sesuram ini. Mungkin, bila aku tidak sakit selama itu aku akan menjadi orang sukses. Mengendarai mobil mewah dan tinggal di rumah megah. Oh.. Tuhan ini memang hanya sekedar hayalan yang sudah lenyap di masa kecilku.
                Okee gaan ? menurut lo gimana ni cuplikan cerita yang gue buat ? menarik bukan ? mulai dari sekarang gue minta tolong, please please. Kalo ngrokok jangan di tempat umum yaa ? karena dengan asap rokok kalian itu sudah mencemari udara. Bahkan, menghancurkan impian seseorang. Dosa banget loo gaan kalo begitu ? :D




Tidak ada komentar:

Posting Komentar